Wanita era masa kini dituntut memiliki kemampuan lebih agar dapat memperoleh peranan yang lebih bermanfaat, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Dan, membaca adalah salah satu jembatan penting pembuka cakrawala pikir kaum hawa guna mewujudkan taraf kemapanannya.

BANYAK tokoh wanita Surabaya telah memberikan sumbangsihnya kepada perkembangan pendidikan dan mendukung kemajuan peran serta wanita dalam pembangunan. Berbagai ide dan pemikiran mereka juga mampu memberi pencerahan terhadap banyak sisi. Termasuk upaya mencerdaskan kaum hawa lewat dunia pendidikan. Salah satunya adalah praktisi pendidikan Dr. Anita Lie.
Pada bulan Juli ini, sengaja VENUS menyambangi dan mengusik kesibukan ibu seorang anak ini untuk mencari tahu tentang minat baca wanita Surabaya. Dan, ternyata hasilnya tidaklah mengecewakan. Fakta baru mengungkapkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini daya baca wanita metropolis seperti Surabaya mengalami peningkatan.
“Setidaknya tahun-tahun terakhir ini ada peningkatan daya baca wanita metropolis seperti Surabaya dan kota besar lainnya. Meski belum ada penelitian yang pasti, namun pandangan saya indikasi tersebut sudah mulai nampak dengan semakin banyaknya media massa yang menyajikan ruang khusus tentang ulasan seputar keperluan wanita. Baik yang sifatnya gosip, kesehatan, atau info barang dan jasa yang sekiranya cocok,” papar dosen Universitas Widya Mandala (UWM) Surabaya ini kepada VENUS.
Masih menurutnya, media massa sudah mulai melirik pasar wanita untuk dijadikan pengonsumsi informasi yang sudah bisa diperhitungkan. Misalnya beberapa koran harian besar nasional sudah berani memberikan porsi halaman lebih untuk ulasan yang dibutuhkan wanita, meski sifatnya masih kuantitas belum pada tahap kualitas.
Isi bacaan yang mengarah pada seputar keperluan rumah tangga, sedikit banyak memang membantu peningkatan minat baca para wanita. Entah, bacaan yang mengulas seputar kesehatan, perlengkapan rumah tangga, infotainment, atau pun novel, menjadi satu faktor mengapa wanita lebih giat membaca. Bahkan dari pengamatan VENUS, sampai saat ini terdapat lebih dari 15 media massa nasional, baik majalah maupun tabloid yang secara khusus ditujukan sebagai bacaan wanita.

Plus Minus Peran Media Massa
Peranan media massa yang sifatnya segmented turut memberi andil yang lebih. Meski sifatnya hanya mingguan atau bulanan, namun sebuah wadah informasi ini cukup efektif memberi nilai lebih karena ulasan yang diberikan lebih lengkap dan beragam. Nah, di situlah peran sifat wanita yang selektif sangat cocok dengan bacaan apa yang sekiranya dikehendaki.

Belum lagi bacaan anak-anak seperti komik, dan majalah remaja yang kian banyak dan mudah didapatkan di kios-kios. “Bacaan yang teenlit atau novel dan komik akan sangat membantu minat baca remaja terhadap kebutuhan informasi. Dan ini cukup membantu peningkatan baca untuk tahun-tahun ke depannya, atau bertambahnya umur kelak,” kata pengajar Etika Profesi, Kurikulum, Child Education dan Metodologi Pengajaran Bahasa Inggris ini.
Sayangnya, arus deras informasi dari banyaknya media massa tidak sedikit yang memberi dampak negatif. Bacaan yang sifatnya ‘menjerumuskan’, atau informasi-informasi yang membuka aib seseorang kian menjadi makanan empuk para pembaca wanita.
Menurut mantan Sekjen Dewan Pendidikan Jatim ini, tidak sedikit media massa memanfaatkan pembaca wanita sebagai konsumen tetap dengan sajian informasi yang sifatnya kurang mendidik. Meski pancingan informasi mampu memberi peran peningkatan baca, tapi tidak memberi input positif bagi pembaca.
“Baiknya bacaan dari media massa itu mendidik dengan materi ulasan yang positif bagi dirinya dan keluarga, bukan hanya sekadar gosip dan aib orang. Agar menjaga dinamika minat baca yang tinggi ini diperlukan sajian yang lebih variatif, bukan sesuatu yang monoton dan diulang-ulang lagi,” katanya.

Jadikan Pengisi Waktu Senggang
Selain pesatnya sumber bacaan yang begitu menunjang semangat baca wanita masa kini, ada satu hal lagi yang dibutuhkan sebagai saran pendukung seperti perpustakaan agar budaya dan minat baca masyarakat --khususnya wanita-- bisa terfasilitasi. Menurut istri dari Haryanto Amanta ini, keberadaan perpustakaan kini bukan lagi sebagai tempat baca melainkan tempat menaruh buku-buku. Dimana belum ada upaya untuk menarik minat warga sekitar untuk datang dan menjadikan perpustakaan sebagai sarana ideal untuk keperluan membaca.
Idealnya sarana baca (perpustakkan) itu membuat dan melaksanakan program baca bagi siapa saja termasuk para wanita. Solusinya memperbanyak event off air dari pengelola atau organizer yang ditunjuk untuk membuat acara yang mampu menarik minat berkunjung, yang nantinya akan berdampak pada keinganan wanita untuk senantiasa bertandang ke perpustakaan. Baik itu kegiatan yang diperuntukkan bagi mahasiswi, --dimana usia minat bacanya sedang tinggi. Atau para ibu-ibu berusia di atas 40 tahun yang minat bacanya sudah mulai berkurang.
Di lain sisi, lembaga-lembaga termasuk lembaga pendidikan anak dituntut aktif meningkatkan minat baca orang tuanya dengan cara menyediakan beragam bacaan yang sifatnya mendidik. Dari situ orang tua tidak akan membiarkan waktu terbuang percuma dan lebih memilih beraktivitas membaca tatkala sedang menunggu anak belajar.
“Jika itu sudah cukup membantu maka diperlukan cara praktis dengan membudayakannya pada lingkungan terdekat, seperti membiasakan diri membaca ketika ada waktu senggang di rumah. Perilaku seperti itu akan memberi contoh dan pengaruh baik pada anak-anaknya kelak,” tutur penerima Rotary International Ambassador of Good Will 1990 menyudai pembicaraan dengan VENUS.

Pesan:
Wanita Indonesia, atau khususnya yang ada di Surabaya tidak harus terobsesi dengan karier meski itu memang diperlukan. Namun yang lebih penting bagi wanita adalah kecerdasan dalam berbagai hal termasuk membina keluarga. Dengan kata lain mengomunikasikan segala cara demi sesuatu hal yang terbaik untuk anak- dan keluarga.

Harapan:
Kesetaraan wanita dengan laki-laki setidaknya seimbang dan sangat baik jika mampu berkolaborasi sebagai mitra, termasuk dalam keluarga. Karena ikatan yang kokoh dan saling mengisi akan berimbas baik pada intelektualitas anak, faktor keseimbangan peran adalah kunci suksesnya.

Biodata:
- Nama : Dr. Anita Lie (43 th)
- Suami : Haryanto Amanta (44 th)
- Anak : Felippa Ann Amanta (14 th)
- Pendidikan : S3 Bidang Kurikulum dan Pengajaran dari Baylor University (1994)
- Profesi : Dosen FKIP dan Pasca Sarjana Unika Widya Mandala (UWM) Surabaya
- Pengalaman Lain:
- Dosen Tamu SEAMEO RELC Singapura
- Direktur EduBisnis Consulting dan Direktur Akademis Sentra Foreign Languages.
- Sekjen Dewan Pendidikan Jatim 2003-2006 dan Anggota Dewan Pakar Jatim 2003-2005.
- Anggota dan salah satu pendiri Komunitas Indonesia untuk Demokrasi (www.komunitasdemokrasi.or.id).
-
- Prestasi :
- Rotary International Ambassador of Good Will pada 1990.
- ACUCA Fellowship pada 1998.
- SEAMEO Jasper Fellowship dari pemerintah Kanada untuk penelitiannya mengenai pendidikan multikultural dan kurikulum bahasa Inggris 1994.