Sebagaimana lebaran tahun-tahun sebelumnya, hari raya Idul Fitri 1433 H ini saya lewati dengan melawat ke mertua di Jombang dan ke tanah kelahiran di Bungah Gresik. Jadwal semestinya, tahun ini harusnya melawat ke Gresik dulu, tapi berhubung saya kalah voting dengan anak-anak, maka saya pun rela ke Jombang terlebih dahulu.

Keberangkatan ke Jombang pun harus meju sehari lebih awal, yaitu tanggal 16 Agustus, sebab Olif sudah be-te sendirian di rumah, karena Alif, masnya sudah ke Jombang duluan dijemput pakdenya.

Sebenarnya jadwal libur kantor baru dimulai pada 17 Agustus, tapi karena melihat Olif yang berulang-ulang minta menyusul masnya, juga ingin mencoba baju baru yang kabarnya sudah dibelikan tantenya, akhirnya saya luluh juga meninggalkan urusan kantor lebih awal.

Wajah Olif terlihat sangat sumringah begitu bundanya memberi tahu bahwa pulang ke Jombang dilakukan sore nanti (16/8). Itu artinya juga saya harus memastikan pesanan menu untuk buka bersama di Masjid An-Nur harus beres dan sudah diantar ke takmir sehingga benar-benar dapat dinikmati para jamaah salat Maghrib petang itu. Alhasil bundanya pun harus ekstra menguras tenaga, yakni untuk mempersiapkan segala keperluan mudik dan mengambil pesanan sekaligus mengantarkannya ke masjid.

Alhamdulillah, ketika kumandang adzan Ashar terdengar, bunda sudah kembali ke rumah, itu tandanya pesanan menu buka beres. Olif pun wajahnya tampak kian berbinar. Sepertinya dia sudah menahan rindu ingin bertemu Naufal anak tantenya, dan pasti sudah terbayang baju baru yang dijanjikan tantenya pula. Hal paling menggemberikan, sama seperti yang kurasakan ketika masa-masa menjelang lebaran di kampung halaman 30 tahun silam.

Kami akhirnya berangkat ke Jombang usai memastikan segalanya beres. Tak ada tanggungan urusan dengan tetangga, semua pintu juga sudah terkunci, dan akhirnya pamit kepada satpam perumahan sekaligus nitip rumah. Dengan mengucap bismillahi tawakkaltu alallah laakhaula walakuawata illabillah… akhirnya kami pun melenggang meninggalkan Surabaya menuju Jombang.

Perjalanan sangat lancar, hingga akhirnya kami bertiga memasuki kota Jombang menjelang adzan maghrib. Bundanya langsung mengajak mampir ke sebuah tempat makan untuk berbuka. Dan, akhirnya pilihannya pun jatuh pada menu khas kota Jombang yaitu Soto Dok “Pak Karman” yang berada di Jl. Pahlawan Jombang.

Sebuah depot sederhana semi permanen mepet trotoar dengen jejeran meja dan kursi panjang tampak sudah penuh pengunjung yang juga menantikan berbuka. Kami akhirnya masuk dan mendapatkan separo meja dan kursi kosong yang bisa kami tempati. Tak lupa kami juga memesan dua porsi Soto “Dok!” plus minuman hangat dan dingin.

Alhamdulillahirobbil aalamin, nikmat sekali rasanya berbuka di tengah perjalanan jauh. Maka tak heran, Rasullullah Muhammad SAW sangat menganjurkan berbagi takjil kepada orang-orang yang dalam perjalanan. Ada sesuatu yang luar biasa istimewanya di sana. Semoga puasa kami diterima Allah SWT. Amin…

Seporsi Soto Dok Jombang sebenarnya dari tataran rasa kurang begitu istimewa. Menurut saya, kuahnya masih kalah maknyus dengan Soto Madura atau Soto Lamongan. Yang cukup menjadi sensasi adalah rasa terkejutnya, yaitu suara “DOK!”-nya dari botol kecap yang dientakkan sang penjual ke meja dasarnya itu lho yang mungkin cukup membuatnya terkenal hingga seantero Indonesia sebagai salah satu varian soto nusantara. Keunikan lainnya, Soto Dok selain sudah diserakan lauk berupa irisan jeroan di dalam siraman kuahnya, secara terpisah disediakan pula lauk dendeng daging maupun godokan babat. Tinggal pilih sesuai selera. Begitu pun untuk kecap, jeruk, dan sambal cabai bisa diambil dan ditambahkan sendiri untuk melengkapi kenikmatan Soto Dok ini.

Selesai berbuka, kami segera melanjutkan sisa perjalanan yang kurang beberapa kilometer saja. Kehadiran kami di tengah keluarga eyang istriku, tentu malam itu menjadi kejutan tersendiri bagi keluarga di Jabon. Sebab, tahun-tahun sebelumnya kami tak pernah menyinggahinya terlebih dahulu. Karena biasanya kami biasa langsung ke rumah mertua untuk berlebaran.

Dan, malam itu kami akan menyelesaikan sisa Ramadan dan Hari Raya hingga hari kedua dengan bermacam rutinitas yang menggemberikan penuh kekeluargaan bersama keluarga besar istri. Barokallah... (arohman)