Sabtu (22/9), saya menemani seorang teman fotografer www.superkidsindonesia.com berburu kuliner unik berbahan ceker, yaitu Ceker Mercon Dar-Der-Dor! Lokasinya berada di kawasan Ketintang Permai Surabaya, di pinggiran telaga buatan milik perumahan dekat perlintasan rel kereta api.
Ceker yang biasanya kurang mendapat perhatian dan dibuang, kali ini mendapat peran istimewa dan menjadi menu sajian utama. Ada beberapa varian masakan berbahan ceker yang direbus maupun digoreng di resto tersebut. Yang khas adalah menu ceker dor! Yang artinya ceker super pedas.
Sesuai misinya, teman saya memilih ceker dor itu. Sementara saya yang diet makanan pedas memilih sup ceker yang segar. Ceker dor sajiannya sepintas mirip dengan semur. Sementara sup cekernya tak beda jauh dengan sup kebanyakan. Yang membedakannya hanya isinya berupa ceker ayam.
Ceker dor tampilannya memang garang, merah kecokelatan dengan kuah encer warna serupa yang sepertinya berasal dari kecap. Ditambah dengan bawang goreng yang bertaburan di permukannya dan irisan tomat membuat aromanya tercium begitu sedap. Soal rasa jangan ditanya, dijamin super pedas. Itu terlihat dari mimik dan ekspresi teman saya saat mencicipinya kali pertama. Bahkan, dia seakan tersedak ketika lidahnya tersengat rasa pedasnya, sehingga memaksanya mendorongnya cepat-cepat dengan meminum teh manis. Paduan bumbu lainnya serasa kabur terintimidasi panasnya pedas.
Saya pun dibuat penasaran untuk mencoba. Dengan sedikit mencicipi kuahnya di ujung sendok, saya sudah langsung merasakan padasnya. Benar-benar padas cabe. Merata membakar sekujur mulut. Jadi tak salah bila menu tersebut dinamakan caker dor! Langsung membuat kaget siapa yang baru pertama mencobanya. Tapi untuk cekernya sendiri pedasnya masih bisa ditolelir lidah. Jadi bila tak ingin benar-benar kepedesan, triknya adalah mengangkat cekernya dari kuah. Sebab sumber utama pedasnya terdapat dalam kuah merahnya itu.
Sup Ceker Depot Ceker Mercon Dar-Der-Dor Surabaya.
Bagaimana dengan sup cekernya? Wah, saya sudah mencobanya dan langsung larut dalam kesegarannya. Saya memilih mengonsumsinya langsung tanpa nasi. Kuahnya gurih segar dilengkapi irisan wortel dan pililan jagung muda yang manis yang sewaktu-waktu bisa keceplus. Cekernya sendiri sangat empuk dan bisa rontok sendiri saat disedot. Ruas-ruas tulang kaki ayam itu seakan copot otomatis begitu dikulum dan disedot daging dan kulit lembutnya. Tak perlu bersusah payah main betot-betotan. Tinggal bersiap mencuci tangan begitu usai menyantapnya, karena sisa-sisa tulang yang harus kita buang meninggalkan lengketan di jemari.
Untuk urusan harga tergolong lumayan. Dua porsi yang terdiri atas ceker dor dan sup ceker ditambah sepiring nasi, dua gelas teh manis dan dua buah kerupuk dibandrol Rp.35.000,- seporsi ceker sekitar Rp.15.000-an. Namun semua itu sebanding untuk mengobati rasa penasaran akan sengatan pedasnya menu Ceker Mercon Dar-Der-Dor yang tersohor itu. Sampai jumpa di perjalanan kuliner lainnya, yakni Elekonya Selera Rasa Soto Ngawi. (arohman)