Batu-batuan keras dan panas di antara lembah dan bebukitan Uhud menjadi persinggahan kami berikutnya. Kami datang untuk melihat langsung tempat perang Uhud, syukur bisa meresapi dan merasakan betapa kita harus patuh kepada perintah Rasulullah tanpa kompromi.
Pukul 9 pagi kami tiba di tempat bersejarah, lokasi dimakamkannya para syuhada perang Uhud di perbukitan Uhud. Suhu menujukkan kisaran 41°C. Panas dan kering. Namun sejumlah rombongan tak ada hentinya menziarahi tempat tersebut. Silih berganti bus-bus besar menurunkan jemaah untuk melihat kompleks makam tempat disemayamkannya para mujahid Uhud.
Di areal yang cukup luas di sisi masjid Al-Fash dengan pelataran parkiran lapang, peziarah bisa menyaksikan dan turut merasakan betapa beratnya perang Uhud saat itu. Dari paparan muthowif, sebenarnya, pada awal pertempuran pasukan muslimin yang berjumlah 700 orang mampu membuat kocar-kacir 3.000 pasukan kafir Quraish melalui pasukan panah yang dipasang Rasulullah di salah satu perbukitan Uhud (Jabal Rumat). Namun sayang, pasukan pemanah yang ditugasi di pos atas tersebut tergiur oleh harta rampasan perang dan turun meninggalkan posnya. Melihat sisi pertahanan muslimin kosong, pasukan kafir yang dikomandai Kholid bin Walid tak menyia-nyiakan kesempatan dengan memukul balik secara sporadis. Alhasil banyak pejuang Islam yang gugur dalam pertempuran kedua pasca kemenangan perang Badar satu setengah tahun sebelumnya. Perang Uhud sendiri terjadi pada tahun ke-3 hijriyah tepatnya dalam bulan syawal tanggal ke-15. Begitu paparan muthowif yang memimpin kami.
Pemandu kami lalu mengajak melihat dari salah satu pintu pemakaman syuhada Uhud. Pemakamannya cukup luas karena berisi 70 kuburan syuhada. Dari arah pemakaman berpagar tinggi ini kita langsung bisa melihat bukit Jabal Rumat atau Jabal Ainain tempat pasukan pemanah muslim yang diposisikan Rasulullah. Tak sedikit jemaah yang menyempatkan diri naik ke atas Jabal Rumat.
Dari arah sebaliknya kita juga bisa melihat lokasi tempat Rasulullah mundur dari kejaran kaum kafir Quraish dengan luka cukup parah dalam tameng hidup Ummu Imarah. Tempat di atas bukit Uhud tersebut dari kejauhan tampak mencolok dengan ditandai lafadz Allah warna putih.
Merasa cukup berada di pemakaman Sayyid As-Syuhada sahabat Hamzah bin Abdul Muntholib (paman nabi) bersama Abdullah bin Jahsi (sepupu nabi) dan syuhada lainnya, kami pun berdoa kepada Allah agar para syuhada Uhud mampu memberi inspirasi dan spirit bagi kami semua untuk gigih mempertahkankan agama Allah SWT. Juga berjuang mempertahankan bangsa dan negara yang kita cintai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Alluhumma amin... semoga sederek sedoyo inggih diparingi kesempatan Allah SWT saget menziarahi makam syuhada Uhud.