Banyak cerita dan peristiwa luar biasa yang bisa dicatat sepanjang Ramadan ini. Namun, untuk menuliskannya menjadi sebuah potret kehidupan tentulah tidak semudah yang dibayangkan. Betapa maksud hati sudah berniat mengabadikan setiap moment indah dan berkesan itu, tetapi ada saja ketidakberdayaan menghadang.

Dengan secarik hasrat yang senantiasa ada di seputaran pinggiran hati, hanya beberapa kenangan masa kecil semasa Ramadan puluhan tahun silam yang mampu terekam. Sebenarnya masih banyak lagi, yang tentunya nuansanya hampir sama dengan kejadian-kejadian masa kecil anak-anakku saat ini. Yang membedakan mungkin hanya kemajuan zaman yang membuatnya sedikit lebih indah di mata kanak-kanak Alif, anak sulungku.

Ya, tahun ini merupakan tahun istimewa bagi Alif. Alhamdulillah dia sudah mampu menjalankan ibadah puasa penuh sepanjang Ramadan sekaligus mengikuti salat tarawih di masjid An-Nur yang ada di sebelah kompleks kediaman kami. Yang membanggakan lagi, Alif selalu menempati sof terdepan setiap mengikuti salat jamaah tarawih hingga tuntas.

Sekali lagi, ini merupakan Ramadan istimewa bagi Alif. Dia sangat teguh dalam memegang komitmen ‘keimanannya’. Saya dan ibunya sebelum Ramadan hanya mengatakan, bahwa Alif sudah sunat, jadi sudah harus mampu menjalankan puasa penuh selama Ramadan.

Hari pertama dilaluinya dengan aman, karena hari-hari itu sekolahnya libur, sehingga dia bisa lebih menghemat energy untuk menahan lapar dan dahaganya. Sebagai pengisi waktu, dia saya bebaskan bermain komputer di rumah dengan komunitas kereta api di internet yang diikutinya. Ketika itu, perasaan enjoy dalam menjalankan puasa dapat dilaluinya secara aman, sampai akhirnya berbuka.

Hari-hari berikutnya ketika kegiatan sekolah dan ngaji sudah kembali aktif, Alif sudah mulai keteteran dalam mengendalikan energynya. Untuk itu, saya dan ibunya hanya berpesan; Ingat Alif sudah sunat lho, jadi harus tetap puasa sampai maghrib. Bila sudah begitu, dia lantas mengurangi aktivitasnya yang berat-berat seperti bermain lari-larian di sekolah maupun mengurangi permainan sepak bola bersama teman-teman ngajinya di lorong gang perumahan tempat tinggal kami.

Demi menghemat energynya sampai maghrib, Alif lebih memilih menambah jam tidur siangnya sepulang sekolah. Dengan menyalakan AC kamar, dia merasa lebih nyaman beristirahat guna mengusir lapar dan dahaga serta godaan adiknya, Olif, yang belum mampu puasa. Hal-hal yang dilalui Alif tentu mengingatkan saya tatkala puasa semasa kecil bersama teman-teman sepantaran di desa dulu. Biasanya kalau sudah ‘nggelele’ atau diserang rasa sangat lapar dan haus, saya memilih tiduran di ubin yang berasa lebih sejuk. Atau ketika harus ‘ngarit’ mencari rumput yang terpaksa harus berkali-kali mampir ke ‘kelethe’ (kali irigasi) untuk memercikkan air ke muka atau meyelupkan kepala ke permukaan air, bahkan kadang juga harus merendam kaos ke air dan mengenakannya selagi basah agar tubuh tetap terasa segar.

Apa yang dilakukan Alif tahun ini sungguh merupakan prestasi dan membanggakan kami, kedua orang tuanya. Entah opsesi apa yang dia inginkan selama Ramadan ini, sehingga dia mampu melipur segala hasratnya untuk puasa dan menjalankan tarawih full. Selama Ramadan ini, saya juga merasa lebih dekat dengannya, karena setiap sahur saya yang membangunkan dan menyiapkan menu sahur kesukaannya, yaitu mie goreng dengan telur serta susu panas dan madu. Setiap pukul 3 lebih sedikit ketika semua sudah siap, saya masuk kamarnya dan membangunkannya. Alif pun dengan spontan dan tanpa banyak tingkah dia langsung meraih seporsi menu favoritnya yang saya berikan kemudian menyantapnya sambil mengeryip-ngeryipkan mata menahan kantuknya.

Semalam, ketika puasa memasuki malam hari ke-27, saya merasa kehilangan lantaran Alif sudah dijemput pakdenya untuk mudik lebih dahulu ke rumah ‘utinya’ di Jombang. Biasanya saya selalu melihat dia sepanjang Ramadan ini seperti terjepit di antara deretan orang-orang dewasa yang mengisi sof terdepan jamaah tarawih masjid An-Nur. Semalam saya juga tidak menyiapkan menu sahur kesukaannya. Hanya melalui SMS aku kirim pesan kepadanya. “Sahur… Alif sudah sunat, lho. Tak boleh putus puasa dan tarawih.” (arohman/27Ramadan1433)