Sebuah kedai kopi lengkap dengan mesin raosting dan aneka peralatan seduh itu
kini menjadi tempat favorit saya untuk ngopi. Selain suasananya tidak terlalu
ramai, pilihan bean yang disediakan
juga cukup bersaing, bila dibandingkan dengan café-café top berlabel luar negeri. Soal rasa pun tak perlu diragukan,
karena sang barista adalah pecinta kopi tulen, yang kenal betul karakter bentuk,
aroma, dan rasa yang tepat untuk disajikan kepada pelanggannya. Apalagi, dia
sendiri yang menyangrainya, cupping,
hingga brewing. Pokoknya istimewa,
deh.
Semua proses ngopi di kedai itu hanya
ditangani satu orang. Jadi, setiap saya datang di kedai, yang pertama saya
dapatkan adalah sapaan hangat dan senyum sumpringah.
Tak perlu bertanya, tawaran pun langsung meluncur mewarnai sudut-sudut kedai
yang semula sepi.
“Mau kopi apa, Pak?” tanyanya.
“Ada bean
baru?” saya bertanya balik.
“Belum pak, masih tetap kayak kemarin. Ada Puntang,
Ijen Blue Montain, Kenya Blackcarrant, atau Sundan Widodaren,” jawabnya.
“Puntang saja.”
“Oke, Assyiaap…” sambutnya dengan gayanya
yang penuh riang.
Dia pun mengambil toples kopi yang semula
berderet di meja bar di hadapan kami. Tangan terampilnya seakan sudah hafal,
sehingga dengan tangkas kemudian beralih mengambil server dan V60,
diletakkannya di atas timbangan.
Dinyalakannya teko elektronik yang ada di
atas meja setelah diisi air dari kran otomatis yang persis di sebelahnya. Sambil
menanti air mendidih, gerakan tangannya beralih mengarah ke toples kopi pilihan
saya. Dibuka tutupnya, dimasukkanya sendok takar, diangkatnya dengan beberapa
gram bean puntang single origin dari pegunungan
Puntang Jawa Barat.
Bean dimasukkan ke dalam gelas takar yang sudah diletakkan di atas
timbangan. Sekejap langsung dituang di atas mesin grinder, tombol dipencet, bubuk keluar, giliran dimasukkan kopi
halus seukuran pasir ke atas V60 yang sudah dilapisi kertas penyaring.
Biasanya, saat hendak menuang air panas
untuk brewing, dia juga akan bercerita
tentang profil kopi yang diseduhnya. Katanya, menyeduh yang tepat itu harus
menggunakan panas yang sesuai untuk mendapatkan aroma serta taste yang
sempurna. Dia ngomong begitu, karena
setiap kopi yang disediakan merupakan hasil roastingan-nya
sendiri, yang membuatnya betul-betul mengenali karakter kopi yang dia seduh,
sehingga rasanya pun sesuai, baik saat diseduh, diseruput kali pertama, maupun aftertest. Rasa, aroma, dan body kopi. Katanya, body kopi itu ialah tekstur yang didapat dari kekentalan kopi
setelah diseduh. Pokoknya yang berkaitan dengan kemlenyer dan tidaknya kopi saat berada di mulut, sebelum kita
telan. Itulah body, katanya.
Oke, itu dulu ngobrolin kopi kali ini. Besok kita sambung lagi.
Jangan lupa ngopi, biar gak gampang salah
paham. Selalu gembira dan sehat selalu.