Di rumah saja sehari-dua hari mungkin tidak
masalah. Yang menjadi masalah kemudian adalah harus berdiam diri di rumah tanpa
batas waktu dan entah kapan bisa kembali normal. Itulah yang menjadi keluhan,
atau bahkan persoalan serius setiap orang di tengah wabah corona yang melanda
seantero dunia.
Di Indonesia, bahkan di seluruh penjuru
dunia semua sudah mewanti-wanti untuk melakukan physical distancing dengan lebih banyak tinggal di rumah. Sebenarnya
sih kita semua dikurung di rumah sendiri, tidak boleh ke mana-mana demi terhidar
dari penularan coronavirus. Namun untuk lebih memperhalus dan lebih ramah pada
setiap psikologis semua orang, kemudian digunakanlah istilah-istilah yang permisif.
Misalkan “Anda tidak sedang dikarantina, tetapi
sedang didekatkan dengan keluarga”, dan sejenisnya.
Saat ini, saya sendiri sudah sekitar 20 hari
di rumah saja bersama keluarga. Sesekali keluar untuk membeli keperluan makanan
atau setok sabun dan camilan. Dua keperluan ini yang harus ada setiap hari.
Makanan dan camilan untuk kebutuhan memerlihara energi dan kesehatan tubuh,
sabun mandi dan sabun cuci untuk membersihkan tubuh dan pakaian setiap hari.
Kebetulan tempat tinggal saya berada dalam
kompleks perumahan, sehingga keluar-masuknya warga dan pengunjung atau tamu telah
ditangani petugas keamanan. Artinya, satu sisi ada filter yang menjaga kondisi
warga dari penyebaran covid-19. Siapa pun warga yang keluar-masuk perumahan harus
melakukan mencuci tangan dan disemprot disinfektan terlebih dahulu di pos satpam
gerbang perumahan. RT dan jajaran pengurus bersama warga juga menyiapkan tempat
cuci tangan lengkap dengan sabun di beberapa sudut gang. Segala informasi
berkaitan dengan kebijakan penanganan covid-19 dari pemerintah secara ajek juga
dibagikan melalui grup WA warga.
Duo minimarket hanya beberapa langkah di
sebelah gerbang, sehingga bila membutuhkan sesuatu tak perlu kelayapan jauh
sampai ke tempat atau kompleks lain. Syukur sekali bisa demikian, sehingga di
rumah saja selama wabah ini belum berlalu rasanya tidak ada alasan untuk
mengabaikannya.
Setok makanan seperti beras, mie instan, minyak
goreng, sarden, telur, kecap, gula, sama banyaknya dengan sabun mandi dan sabun
cuci juga odol dan silet pemangkas jenggot. Yap, untuk silet tidak boleh
dilupakan. Karena dalam beberapa hari di rumah saja tanpa banyak berinteraksi
dengan orang luar, bisa-bisa berowokan kalau kumis dan jenggot dibiarkan tidak
terawat.
Nah, bila semua kebutuhan tersebut sudah
terjamin semua di rumah, maka tidak ada alasan lagi untuk tidak betah tinggal
di rumah dan turut bangga bisa menyukseskan gerakan #DiRumahAja. Yang lebih penting
lagi kita harus menerapkan SEKS selama physical
distancing ini, yakni Stok Ekstra Kebutuhan
Sehari-hari. Tapi… satu ganjalannya, lha yang ngisi rekening saya siapa?