Di Surabaya, olahan ayam dan bebek sudah cukup populer sebagai lauk andalan. Bagaimana dengan burung dara skala restoran? Apakah juga semaknyuss dan dapat diandalkan seperti menu berbahan unggas lainnya?

MENIKMATI hidangan nasi ayam dan bebek di Surabaya bukanlah hal sulit, karena penjaja kedua menu itu begitu menjamur di jalanan. Sementara untuk merasakan nikmatnya nasi berlauk burung dara (merpati), pembeli harus bersusah payah mendeteksi warung atau restoran penyaji santapan yang jempolan di kota ini.
Penjual makanan yang biasa dihidangkan dengan sambal ini umumnya pedagang kaki lima (PKL) yang mengelar dagangan di bahu jalan protokol. Hampir di setiap sudut jalanan Surabaya, penjual makanan ini bisa dijumpai dengan aneka rasa olahan.

Burung dara goreng biasa dijual bersamaan dengan nama besar lauk ayam, dan bebek. Ini tidak lain karena nama kedua bahan lauk yang terakhir itu lebih familiar ketimbang burung dara. Tapi bila bicara selera, makan berlauk merpati ini tidak kalah nikmat. Bayangkan, gorengan kering lauk burung dara disajikan dengan sambal pedas berpadu lalapan segar. Nyamm…
Bila yang berhasrat enggan untuk menyantap makanan yang satu ini ke kedai atau warung pinggir jalan, ada satu alternatif mendatangi tempat makan yang lebih bersahabat dan berkelas resto. Menu hidangan berlauk merpati juga tidak kalah nikmat disajikan di restoran Mango Terrace.
Ada dua macam olahan burung dara yang dihidangkan di resto ini yaitu dimasak goreng kering dan disajikan dengan guyuran saus inggris. “Tidak ada nama khusus untuk menu ini. Kami hanya menyebutnya burung dara spesial, tinggal pembeli minta di goreng atau pakai saus Inggris,” kata Adji selaku manajer operasional.

Digoreng Renyah
Setelah disajikan, terlihat secara fisik burung dara tampak digoreng begitu kering. Kasat mata, sajian ini begitu renyah dan menggoda selera. Hampir di setiap sisi lauk tersebut terlihat matang, renyah, kering, namun tidak gosong.
Di atas sebuah piring, ‘dihuni’ dua ekor burung dara yang disajikan secara original berupa gorengan kering berpadu dengan lalapan yang berisi daun selada, mentimun, dan tomat. Agar tidak tampak tradisional food, nuansa chinnese food turut diusung dengan menyertakan garam oyong sebagai kombinasinya.
Sementara itu, olahan burung dara dengan saus inggris tidak kalah terkenal di tempat ini. Sama halnya dengan yang original, olahan berbahan saus inggris cukup disuka dengan alasan lebih familiar yaitu variasi masakan yang lebih dikenal ketimbang masakan asing lainnya. Bagi yang tidak suka dicampur bersama lauk, bisa mengorder bumbu saus secara terpisah.

Disajikan secara Alakat
Dalam satu porsi yang tersaji secara alakat, menu burung dara original dan saus inggris memang menghadirkan dua ekor burung dara berukuran tidak besar. “Di sini menu tersebut disajikan secara alakat. Sementara untuk ukuran porsi ya begitu itu, berisi dua ekor. Meski tidak besar, tapi kenikmatannya cukup terasa. Kami memang sengaja menggunakan bahan burung dara yang berusia muda, agar dagingnya lebih empuk. Masih bisa kok untuk 2-3 orang,” katanya.
Menurutnya, diperlukan upaya sortir terlebih dulu untuk bahannya. Burung dara yang dipilih untuk masakan harus berusia lebih muda agar daging yang ‘tidak besar’ itu bisa empuk dikonsumsi. Selain itu, bahan yang digunakan adalah unggas khusus ternak. Ini tidak lain untuk menunjang kesehatan dan kebersihannya.
Restoran yang bersegmen keluarga ini memasang harga burung dara original sebesar Rp.36.000 per porsi. Sementara untuk olahan saus inggris seharga Rp.37.000 per porsi.(*)