Momentum Lebaran atau Idul Fitri kerap dituding sebagai hari-hari paling konsumtif. Namun bagi mereka yang memiliki kejelian, justru pola konsumtif itu bisa dibalik jadi produktif. Contohnya adalah Pak Wagino dan Bu Tuti Karnasih. Berikut reportase tabloid LeZAT edisi 116.

LEBARAN merupakan hari fitri yang sangat dinanti-nanti seluruh umat muslim setelah sebulan penuh menunaikan ibadah puasa. Tak hanya saling bersilaturahmi dan memaafkan, namun saat lebaran tiba, tentu saja kita juga ingin menyuguhkan suguhan istimewa di hari yang istimewa pula. Suguhan lebaran tak lengkap rasanya tanpa kehadiran kue-kue kering yang identik disebut dengan kue-kue lebaran. Nah, menjelang lebaran, kue-kue kering pasti banyak diburu orang, baik untuk dijadikan suguhan maupun sebagai hantaran. Dimana kita bisa mendapatkan kue-kue kering untuk suguhan maupun hantaran saat lebaran nanti?
Menjelang lebaran, pasti banyak sekali toko-toko maupun supermarket yang menjual aneka macam kue kering. Sehingga, tak ada salahnya bila kita mengenal sosok pengusaha kue kering yang kini telah meraup kesuksesan besar setelah menggeluti usaha kue kering.


Berawal dari Coba-Coba
Mereka adalah pasangan suami istri, Pak Wagino dan Bu Tuti Karnasih. Mereka merintis usaha kue-kue kering ini pun juga berawal dari coba-coba saja. Berawal dari hobi memasak dan membuat kue, maka pada bulan Mei 1997, Bu Tuti pun iseng-iseng membuat satu toples kue kering lalu menitipkannya di warung terdekat dengan rumahnya. Ternyata, baru sehari saja kue kering buatan Bu Tuti sudah laku terjual. Kemudian esoknya lagi, Bu Tuti kembali membuat 2 toples kue kering dan kembali menitipkannya di warung. Ternyata, 2 toples kue kering itu pun laku juga berkat promosi gratis dari mulut ke mulut orang yang sudah pernah membeli kue kering Bu Tuti. Malahan banyak yang mulai memesan kue kering buatan Bu Tuti.
Sejak saat itulah Bu Tuti dengan dibantu suaminya, Pak Wagino, mulai serius membuat kue kering dalam jumlah yang lebih besar dan menitipkannya ke warung-warung. Saat itu, Bu Tuti hanya membuat kue putrid salju, nastar, pia, kue kacang, dan kue gambang yang memang sudah familiar di masyarakat.
Semakin lama, pesanan kue kering yang datang ke Bu Tuti dan Pak Wagino ini semakin banyak hingga akhirnya mulai mempunyai karyawan. Apalagi bila menjelang bulan puasa dan lebaran, pesanan bisa meningkat berkali-kali lipat sehingga sering kewalahan memenuhi permintaan pembeli yang tidak saja datang dari kawasan Jabodetabek (Jakarta, Bogor , Depok, Tangerang, dan Bekasi), namun juga mulai merambah ke kota-kota lain di Jawa Barat.
Akhirnya pada awal tahun 2003, Pak Wagino dan Bu Tuti mulai mencari pinjaman modal ke Bank, dan ternyata proposal yang diajukan langsung disetujui oleh BRI yang memberikan bantuan modal sekitar Rp 1,7 Milyar. Setelah mendapatkan kucuran modal dari bank, mulailah Pak Wagino mencari lokasi strategis untuk pembuatan sebuah pabrik kue. Kebetulan sekali, lokasi yang didapat untuk pembuatan pabrik seluas 2000 meter persegi ini berada di Jln Bougenville RT. 10/RW. 3 Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres Jakarta Barat yang tempatnya tidak begitu jauh dengan Bandara Soekarno Hatta.
Sejak saat itulah, Pak Wagino dan Bu Tuti mulai pindah rumah dan tempat usaha, yang semula tinggal di Pademangan Jakarta Utara kemudian sempat pindah lagi ke kawasan Sunter Jakarta Utara, akhirnya tinggal tidak jauh dengan pabrik kue kering miliknya tersebut.
Dengan tempat tinggal yang berdekatan dengan pabrik kuenya, maka lebih memudahkan Pak Wagino dan Bu Tuti dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja para karyawannya, sehingga kualitas mutunya tetap bisa dipertahankan.
Setelah pabrik mulai berdiri kokoh, mau tidak mau Pak Wagino harus membeli mesin oven skala besar yang bisa memanggang kue dalam jumlah besar. Maka, ia sering mendatangi acara-acara pameran mesin-mesin industri makanan. Ternyata, biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli mesin oven dalam skala besar ini lumayan besar, sehingga Pak Wagino dan Bu Tuti yang hanya lulusan SMA ini harus memutar otak untuk menciptakan mesin oven sendiri untuk menghemat biaya.
“Bapak kan memang pintar nggambar, jadi dengan mencari informasi di majalah akhirnya Bapak menggambar dan merakit sendiri mesin oven dan memesannya ke orang Depok. Dan ternyata oven yang didesain Bapak, bisa juga dibuat. Setiap oven memerlukan biaya hingga Rp 40 juta, dan kita sekarang memakai 3 buah oven,” terang Bu Tuti.
Dengan oven rakitannya sendiri itu, tidak kurang dari 40 – 45 loyang kue bisa dipanggang dalam setiap oven dengan memerlukan waktu panggang sekitar 30 menit.

Aneka Kue Kering Penggoda Selera
Dari beberapa macam kue kering saja, seperti kue salju dan nastar, kini Bu Tuti dan Pak Wagino sudah bisa membuat 104 macam kue kering yang tentu saja menggugah selera. Ada kue Cokelat Blok, Cerry Green, Nastar Tulip, Carlous Wijen Coklat, Green Kenari Keju, Marlo Mede, Cokelat Carlous Mede, Marlo Double Mede, Keju Cokelat Blok, Sagu Keju, dan masih banyak lagi pilihan kue kering lainnya.
Untuk selalu menambah variasi kue, Pak Wagino dan Bu Tuti selalu melakukan inovasi dengan menciptakan kue-kue rasa baru. Karenanya, Pak Wagino dan Bu Tuti yang memang keduanya jago membuat kue ini selalu rajin membaca aneka majalah dan tabloid kuliner untuk memperkaya wawasannya menciptakan kue-kue rasa baru.
“Saya memang suka sekali baca-baca majalah atau tabloid kuliner. Dari situ saya mulai dapat inspirasi untuk mencoba-coba resep baru,” ungkap Pak Wagino.
Dengan pabrik seluas 2000 meter persegi dan listrik berkapasitas 14.000 watt, pabrik kue Pak Wagino dan Bu Tuti bisa memproduksi sekitar 2000 lusin kue kering setiap hari. Tentu saja dengan produksi selama 24 jam sehari dan dikerjakan oleh sekitar 270 karyawan yang bergantian shift.
Tak hanya menciptakan prospek usaha yang menguntungkan, namun usaha kue kering Pak Wagino dan Bu Tuti ini juga membantu mengurangi angka pengangguran dengan banyak memperkerjakan karyawan yang tinggal di daerah sekitar pabrik, sehingga turut membantu pemerintah menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi remaja putus sekolah maupun ibu-ibu rumah tangga.

Paket Harga Menggiurkan
Untuk memenuhi selera pembeli, selain menciptakan berbagai pilihan rasa Pak Wagino dan Bu Tuti juga menyiapkan berbagai pilihan harganya. Ada 4 klasifikasi harga, yang masing-masing dibedakan sesuai dengan merk jualnya.
Kue Asorted (paket lebaran isi 6 toples) merk Tutinos (merk termurah) dijual seharga Rp 75.000. Asorted (paket lebaran isi 6 toples) merk Tuti (merk agak murah) dijual dengan harga Rp 85.000. Asorted merk Ginos (merk agak mahal/sedang) dijual dengan harga Rp 150.000, sedangkan Asorted King’s Gin (merk termahal) dijual dengan harga Rp 200.000. Selain itu juga tersedia paket parcel berisi 3 toples.
Saat ini, kue kering Pak Wagino dan Bu Tuti telah menjangkau kota Sumatera dan Lampung, Batam, Bali , Kalimantan, dan juga Irian Jaya. Bahkan distribusi kue-kue Pak Wagino ini juga telah masuk ke berbagai mall dan toko ritel seperti Ramayana, Makro, Indomart dan Alfamart.
Kesuksesan yang diraih Pak Wagino dan Bu Tuti tentu diraih dengan semangat yang besar dan kerja keras, sehingga kurang dari 5 tahun saja sudah mencapai Break Even Point alias balik modal dan mengembalikan pinjaman bank.

Utamakan Kualitas Rasa
Agar tetap bersaing dengan usaha-usaha serupa, maka kue-kue kering Pak Wagino dan Bu Tuti ini selalu mengutamakan kualitas rasanya. Sehingga bahan-bahan pembuat kue pun merupakan bahan-bahan pilihan. Beberapa bahan bahkan ada yang diimpor dari luar negeri, seperti keju dari Belanda, Mentega dari Belanda, susu dari Australia . Sedangkan tepung dan gulanya tetap menggunakan pasokan lokal dengan kualitas terbaik.
Karena menggunakan bahan-bahan impor itulah maka Pak Wagino kadang menemukan hambatan, lantaran pewangi makanan yang diimpor dari Australia suka terlambat pengirimannya.
“Kesulitan kita itu justru saat mengimpor pewangi makanan yang khusus kita beli dari Australia . Kadang pengirimannya suka terlambat,” papar Pak Wagino yang kelahiran Cilacap Jawa Tengah, 7 Januari 1965 ini.
Sekali mencoba kue-kue kering Pak Wagino dan Bu Tuti ini, dijamin langsung ketagihan, terlebih dengan harga yang sangat menggiurkan. Berani mencobanya? (LeZAT)