Kemenangan pada set pertama tak mampu dipertahankan pasangan ganda putra Indonesia Ahsan/Hendra. Tak tanggung-tanggung, pada set kedua peraih juara dunia dua kali itu menyerah telak dengan angka 09-21 atas pebulutangkis andalan Jepang, Hoki/Kobai. Padahal saat set pertama dengan taktis, Ahsan/Hendra gemilang mengakhiri game pertama dengan skor 25-23 setelah melalui tiga kali gamepoint.

Permainan begitu ketat. Sangat menarik ditonton. Bahkan seisi stadion tempat pertandingan di Basel, Swiss, Minggu (25/8) turut dibuat tegang. Serasa adrenalin mereka dipompa full sampai ubun-ubun. Saya pun yang menyaksikan langsung melalui layar kaca sampai adem-panas juga dibuatnya. Meski sudah beberapa kali mengendurkan ketegangan dengan membuang sesuatu ke belakang, namun pipis dan kentut tetap belum mampu meredakan rasa tegang yang ada.

Memang demikianlah kalau sedang menyaksikan jagoan kita bertanding. Harapan setinggi langit kita curahkan sepenuhnya untuk kemenangan, sementara sumpah serapah kita lontarkan ketika musuh justru mempecundangi jagoan kita.

Hendra/Ahsan merupakan satu-satunya wakil Indonesia di final Final Kejuaraan Dunia Badminton 2019. Mungkin sudah diprediksi akan menjadi partai paling menarik, sehingga laga final ganda putra ini dihelat paling akhir. Sebagai partai puncak, Hendra/Ahsan harus meladeni permainan ngeyel pasangan Takuro Hoki/Yugo Kobayashi. Ngeyel, karena pasangan ganda putra wakil Jepang ini punya komposisi komplet dalam bertahan maupun menyerang area pertahanan lawan.

Itu yang dirasakan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan kemarin. Kejar mengejar angka harus dilaluinya sebelum meraih gelar juara dunia bulu tangkis ganda putra untuk kali ketiga. Sebuah servis Mohammad Ahsan ke arah Takuro Hoki langsung dengan cepat dikembalikan ke arah Hendra Setiawan. Dengan sigap, Hendra yang bertugas bertahan di bagian belakang secara refleks menghindari laju deras satelcok, dan bulu angsa itu pun mendarat di sisi luar garis belakang lapangan. Selesailah game pertama.

Memasuki game kedua, pasangan Jepang langsung bangkit dan membalikkan keadaan. Hoki/Kobai benar-benar menguasai pertandingan, sehingga Ahsan/Hendra pun mengakhiri perlawanannya dengan selisih cukup jauh. Hoki/Kobai menang 21-09.

Rupanya Ahsan/Hendra melepas set keduanya dengan lebih cepat adalah bagian dari strategi. Buktinya, pada set ketiga, dengan konsentrasi penuh seperti yang tampak disarankan pelatihnya Herry Iman Pierngadi. Bukan tanpa alasan pelatih menyerukan demikian, sebab permainan Hoki/Kobai telah dipelajari seksama saat menumbangkan unggulan utama Marcus/Kevin pada babak sebelumnya.

Meski mengawali game ketiga dengan ketinggalan, The Daddies, julukan pasangan Ahsan/Henda mampu mengendalikan pertandingan pada set penentuan ini. Selisih skor mampu dijaga tidak lebih dari dua angka. Secara setabil dan dengan kematangannya, Ahsan dan Hendra kerap membuat lawannya bikin kesalah-salahan sendiri yang menguntungkan. Pengembalian bola keluar atau smes nyangkut di net diladeni dengan cara bertahan yang sigap sesekali dilancarkan dropshot mematikan oleh Ahsan yang membuat Hoki tampak putusasa.

Ahsan dan Hendra terus menekan pada kedudukan 20-15. Selisih 5 angka bagi pasangan Indonesia, namun kali ini servis dipegang pasangan Jepang. Kobai melakukan servis ke arah Ahsan dengan baik. Satelcok terus melayang silih berganti melewati net di antara dua sisi bidang lapangan permainan. Sampai akhir, Takuro Hoki melakukan kesalahan saat melakukan pengembalian bola ringan dari Ahsan. Pengembalian Hoki melayang tinggi ke sisi kiri pertahanan Indonesia yang dikawal Hendra Setiawan. Melihat bola yang melayang agak jauh darinya, Henda hanya membiarkan. Seakan yakin bahwa satelcok akan jatuh di luar garis permainan. Dan, nyatanya… ya!

Takuro Hoki langsung meminta challenge. Permintaan dikabulkan, tapi hasilnya sangat jelas satelcok jatuh di luar kiri garis lapangan. Permainan selesai dengan skor 21-15. Dan, Ahsan/Hendra pun menjadi Juara Dunia ganda putra Bulutangkis Dunia 2019.

Ahsan meraih bendra putih dan membentangkannya bersama Hendra. Fotografer dan awak media  pun langsung mengabadikan kado istimewa untuk HUT ke-74 RI dari pasangan non-platnas tersebut. Raihan prestasi itu tercatat sebagai juara ketiga kalinya bagi pasangan Ahsan dan Hendra, setelah sebelumnya raihan yang sama diperoleh pada tahun 2013 dan 2015.

Adrenalin pun mulai mereda diiringi euforia kemangan yang menjalari sekujur tubuh. Keringat perlahan pudar, persendian serasa lepas dari otot-otot kaku yang sepaneng sepanjang satu setengah jam menyaksikan pertandingan. Terbayarlah sudah semua. Bravo bulutangkis Indonesia!