Demi untuk mendapatkan makanan khas dari berbagai daerah se-nusantara, warga Surabaya rela berpanas-panas agar kebagian. Pasalnya, ketika malam menjelang semua stand sudah kehabisan porsi yang telah disediakan.

Apa jadinya bila para pecinta kuliner berkumpul di Surabaya? Waktu sebelas jam yang telah direncanakan untuk menggelar 45 stand aneka masakan tradisonal ternyata tak mampu memenuhi tingginya animo masyarakat Surabaya. Hal itu tampak jelas sekali di ajang Festival Jajanan Bango (FJB) 2007 yang dihelat Lapangan Basuki Rahmad Surabaya 5 Mei lalu. Acara yang dibuka pukul 11 siang dan akan diakhiri pada 10 malam itu, ternyata banyak membuat pengunjung kecewa akibat stand-stand yang menyajikan makanan khas tak lebih dari pukul 20.00 sudah banyak yang tutup karena jualannya habis.
Meskipun di tengah terik cuaca Surabaya yang sangat menyengat, siang itu para pengunjung terus mengalir silih berganti memadati arena FJB 2007, sehingga memasuki malam hari yang dianggap teduh oleh sebagian orang untuk datang sambil weekend malah membuat mereka tak kebagian. Kebanyakan dari mereka datang bersama keluarga dengan satu tujuan, yaitu ingin mencicipi menu-menu khas seperti Nasi Gila, Baso Bakar Malang, Rujak Soto Banyuwangi, Bubur Madura, termasuk Dawet Blauran dan puluhan jenis makanan khas lainnya.
Menurut Heru Prabowo, Senior Brand Manager Kecap Bango, tujuan diselenggarakannya FJB 2007 adalah untuk mengajak masyarakat turut melestarikan aneka masakan tradisonal yang sudah dinikmati secara turun temurun, yang keberadaannya kini terdesak oleh hadirnya makanan cepat saji dari luar negeri.
“Indonesia memiliki berbagai macam makanan khas dari Sabang sampai Merauke. Dan banyak sekali olahan makanan khas Indonesia yang menggunakan kecap sebagai salah satu bahannya. Kecap, terutama kecap manis, menjadi bagian yang sangat penting dalam kekayaan kuliner Nusantara. Penggunaan kecap juga dapat memberikan kekayaan rasa terhadap masakan, baik untuk bahan memasak maupun sebagai cocolan,” jelas Heru kepada Tabloid LeZAT.
Secara keseluruhan, FJB tahun ini lebih meriah dan sukses daripada tahun sebelumnya yang dihelat di Taman Surya. Sajian hiburan berupa live music, kuis game, dan demo masak benar-benar melengkapi ajang tahunan produk Unilever itu. Jadi, di samping pengunjung dapat menikmati makanan khas favorit masing-masing, mereka juga bisa menyaksikan kesenian daerah seperti Reog Ponorogo. Maka tak salah bila FJB 2007 ini memilih tema “Aneka Makanan Tradisional Nusantara”.
Sebagai bentuk apresiasi kepada para penjaja makanan yang mengikuti FJB, pihak sponsor menyediakan penganugerahan kepada para peserta yang berhasil terpilih dalam kompetisi dekorasi terbaik (Best Decoration) dan penjaja makanan yang paling cepat tanggap dalam melayani pelanggan serta paling menjaga kebersihan (Best Service). Dan yang menjadi jawara pada hari itu adalah Dekorasi Terbaik: Soto Madura Wawan dan Warung Pojok Kampung. Sementara Layanan Terbaik jatuh pada Soto Pak Jayus dan Sop Kaki H. Munir. Pemenang berhak mendapat hadiah uang tunai. (rohman)