Di antara berderet tenda yang menyediakan aneka makanan khas di arena Festival Jajanan Bango 2007, di Surabaya, ada satu yang membuat saya penasaran. Apa itu? Nasi Gila.

DARI namanya saja, sudah mengundang segudang rasa penasaran. Tak ayal, kami pun mengunjungi stand yang sore itu dikerumi oleh banyak calon pembeli yang telah dibuatnya tergoda. Keharuman aroma yang mengepul dari penggorengan berisi campuran aneka bumbu dan saos tomat ditambah irisan kecil-kecil yang terdiri atas sosis, kekian, telur, dan baso tertiup angin menyapa hidung yang kebetulan berada dekat di sana. Kurang lebih ada 15 orang sudah terlebih dahulu mengantre untuk mendapat nasi gila. Bercampur rasa lapar dan ingin tahu apa sebenarnya menu yang mengundang tanya itu, segera saya pun turut bergabung.
Karena di stand hanya tersedia sedikit tempat untuk menikmati nasi gila langsung di lokasi, maka saya segera minta untuk dibungkus. Dengan menukar voucher makan yang ‘diberi’ oleh panitia FJB 2007, saya akhirnya dapat secara langsung bagaimana nasi gila disajikan kemudian menikmatinya.
Pertama-tama nasi putih dimasukkan sterefoam kemudian di atas permukaan nasi itu disiram bumbu panas dari atas wajan. Hmm…, baru menerimanya saja sudah langsung ngiler untuk mencicipinya. Sekilas rasanya seperti nasi kerengsengan namun lebih menyentuh di lidah serasa nasi goreng –bila diaduk jadi satu antara nasi dan bumbu.
Cukup puas menikmati nasi gila, membuat lidah jadi terasa keseleo. Bagaimana tidak, karena begitu ngebetnya pingin makan Nasi Gila, lidah kami pun serasa enggan mencicipi Nasi Goreng Cak Yudi dan Nasi Udang yang telah terpesan beberapa saat sebelumnya. Benar-benar menyesal seandainya sore itu kami tak sempat mampir ke arena Festival Jajanan Bango 2007, di Lapangan Basuki Rahmad Surabaya. Sebagaimana penyesalan yang dikeluhkan banyak rekan akibat tidak kebagian, karena datang agak malam. (arohman)