Bullying kapan saja bisa terjadi, Bullying tidak memandang tempat dan waktu. Sekarang atau nanti, Bullying siap ‘menyapa’ secara tiba-tiba. Jangan heran jika kemarin, lusa, atau detik ini, Bullying sudah Anda alami tanpa disadari.
Menurut Budi Setiawan Muhammad, S.Psi, pakar psikologi Unair Surabaya, (Ketua Divisi Riset & Konsultasi LP3T Unair)Bullying bisa diartikan secara sederhana yaitu adanya tekanan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain. Munculnya suatu dominasi interaksi seseorang untuk ‘menjatuhkan’ mental dan fisik orang lain. Ketika Bullying terjadi di lingkungan kerja, maka pelaku Bullying kadang diinterpretasikan antara atasan dengan bawahan.
Beragam karakteristik muncul bagi pelaku Bullying di lokasi kerja di antaranya pada saat adanya interaksi antar-dua orang atau lebih, pelaku Bullying kerap mendominasi setiap pembicaraan. Dalam hal ini, dominasi berbicara banyak kerap dilakukan tanpa memperhatikan pembicaraan orang lain.
Merasa puas ketika sering kali mematahkan pembicaraan orang lain tanpa memberi solusi. Dengan bangga menyebut status dan posisi (jabatan) dalam lingkup pekerjaan dengan memandang rendah bawahan dalam memberikan perintah-perintah yang kadang tidak logis. Sangat ironis jika pelaku Bullying kadang sangat marah dengan bentakan, lempar barang, sampai bermain fisik dalam menekan lawannya.
Karena sifat pelaku Bullying yang sangat puas terhadap tekanan yang sudah dilakukan maka diperlukan solusi untuk membendungnya. Langkah yang bisa ditempuh adalah dengan sikap korban tidak merasa kalah terhadap pelaku Bullying. Karena jika korban merasa kalah, malah akan menaikkan minat (merangsang) pelaku Bullying untuk lebih menekan atau mencari apa yang menarik dan menjadi kesenangan pelaku terhadap korban.
Ketika pelaku Bullying adalah seorang atasan maka hadapi pada waktu yang tepat. Good mood pelaku Bullying menjadi waktu yang tepat untuk digunakan sebagai sosialisasi korban (bawahan) dalam mencari jalan keluar. Biarkan aturan yang sudah dibuat sebelumnya menjadi senjata korban dalam ‘membalikkan’ keadaan.
“Upayakan kita jadi dalang. Biar tekanan sekarang ini diadu dengan aturan lama yang pernah dibuat, sebisa mungkin mencari celah dengan aturan-aturan lama sebagai senjata. Tentunya cara penyampaian dengan halus tanpa harus memancing emosi pelaku Bullying,” katanya.
Berbeda dengan menghadapi pelaku Bullying seorang kawan yang ABS (asal bapak senang), tingkat kesulitannya lebih rendah. Si korban diperlukan good mood yang baik untuk menyerang kembali pelaku di kala bad mood. Dalam hal ini untuk membantu perilaku Bullying lawan yang tidak baik, jika tidak bisa maka korban perlu menekan balik tanpa harus berharap imbalan berkawan kembali.
Paling ideal adalah dengan meniadakan Bullying di lokasi kerja dengan memelihara hubungan kerja yang baik antarbagian. Perlu pula menciptakan situasi yang guyub antarbagian dengan mengenyampingkan jabatan melalui acara nongkrong bareng, rekreasi, makan bersama serta lainnya. Jika perlu, lakukan konseling masal di kantor dari pemilik jabatan paling atas sampai tingkat karyawan rendah. (fonda)