Bullying adalah teror berupa pengucilan, pemalakan, intimidasi, ejekan, gosip, fitnah, kekerasan fisik, atau kekerasan mental secara luas.
Suatu ketika Metty berteriak histeris seraya menghamburkan isi map yang dibawanya, kemudian diabaikan begitu saja. Semua rekan sekantornya merasa heran, karena semua itu dilakukan di hadapan atasannya, yang notebene adalah pemilik perusahaan. Sebelumnya, Metty dikenal sangat ramah kepada siapa saja, dan begitu loyal kepada perusahaan. Hal itu dibuktikan dengan seringnya dia pulang paling akhir untuk menuntaskan pekerjaannya yang selalu menggunung.
Perubahan drastis yang begitu mendadak itu sekonyong-konyong mengundang tanya. Namun setelah ditelusuri penyebabnya, ternyata ditemukan bahwa itu semua merupakan bagian dari pelampiasan emosi yang menumpuk. “Ya, saya tak mungkin bisa bertahan kalau tugas yang satu selesai selalu ditambahi pekerjaan baru. Terus kapan dong saya bernapasnya…,” demikian keluh Metty suatu ketika. Sepertinya dia kehabisan kesabaran dalam menghadapi sang atasan yang mau menang sendiri itu.
Bukan hanya bertumpuknya pekerjaan, atasan yang telah dipendamnya, tak jarang cercaan dengan nada merendahkan pun ditelannya begitu saja. Meski sudah ditahan dengan penuh kesabaran, toh pada akhirnya tak kuat juga Metty berdiam diri, hingga tertumpahkanlah semuanya.
Sebelum berhamburnya map beserta isinya di hadapan atasannya, secara pribadi Metty juga kerap mengeluh kepada teman setimnya bahwa selalu merasa tegang ketika hendak berangkat ke kantor. Lehernya terasa kaku, sering sakit migren juga merasa mual-mual. Itulah sebenarnya tanda-tanda menjadi korban bullying di tempat kerja. Bullying adalah teror berupa pengucilan, pemalakan, intimidasi, ejekan, gosip, fitnah, kekerasan fisik, atau kekerasan mental secara luas.
Biasanya kasus bullying di kantor yang lebih sering terjadi karena adanya pihak lain yang memiliki jiwa penjilat dan pandai mengambil muka di hadapan atasan. Efeknya, karyawan yang benar-benar bekerja justru tidak dipandang serius oleh pimpinan, karena terhalang oleh ‘hasutan’ pihak lain tersebut. Bila dibiarkan, karyawan yang lurus ini lama kelamaan pasti tidak tahan dan akan memilih mengundurkan diri.
Atau, bisa juga menimbulkan dendam mendalam bagi si penderita. Karena frustasi dan selalu dijadikan kambing hitam atas setiap kegagalan, kemungkinan lain korban bullying akan menyimpan niatan buruk terhadap atasan atau perusahaan. Oleh sebab itu, dalam system kerja di kantor yang sehat harus terjadi komunikasi dua arah yang baik pada setiap karyawan dan atasan untuk mencegah terjadinya teror psikologis di tempat kerja. (*)