Temans...
Ada yang punya tips gak, gimana menghadapi teman kantor yang menyebalkan. Selain bermulut 'ember', dia juga penjilat... suka ngadu yang enggak-enggak sama bos... (sayangnya bos aku gak bisa berpikir rasional) artinya... bos juga gak pernah nanya apakah omongan si mulut ember ini benar apa enggak...
Tolong dong ... Help me! (Lula)


ITULAH sebuah isi surat elektronik yang masuk kepada sahabat VENUS bernama Lula (27). Dia belakangan ini terlihat begitu gunda dan kehilangan selera humornya yang biasanya cukup menghibur rekan-rekannya sekantor. Bahkan, asisten sekretaris di sebuah perusahaan penerbitan ini cenderung murung tanpa motivasi kerja sama sekali. Untungnya beberapa teman dekat di kantor tidak tinggal diam. Melihat gelagat tidak beres pada salah satu kawan kerja mereka, langsung mereka merespons dengan perhatian. Baik sekadar menanyakan ‘ada permasalahan apa?’ dan sedikit solusi yang mungkin diperlukan oleh Lula agar tak lagi bersedih, hingga mengajaknya jalan-jalan ke mall untuk melepas stress.
Ternyata lewat keterbukaan sesama sahabat, akhirnya Lula mengaku bahwa penurunan kinerja dan sikap murungnya itu lebih disebabkan oleh ulah tidak simpatik seorang staf baru yang kerap memberikan laporan-laporan tidak berdasar kepada atasan di kantor.
Sebenarnya Lula tidak mengalami masalah seperti itu sendirian, karena masih ada Dian yang memiliki pengalaman lebih unik tapi pelik dalam menghadapi masalah teman kantor yang penjilat. “Dahulu di tempat kerjaku ada yang seperti itu (penjilat). Aku sampai insomnia kurang lebih 3 tahunan dibuatnya, lantaran aku lebih memilih diam dan menurut teman-teman terlalu bersabar. Pasalnya sih sepele lantaran aku gak bisa berkumunikasi dengan bos. Ya gitu deh bos tahunya kan terima laporan ini-itu, walaupun kita sudah terangkan seperti apa adanya bos tetap gak mau terima kita, lebih baik ia percaya dengan orang pilihan dia. Padahal saya tergolong orang pintar di lingkungan kerja, muda, produktif,” cerita Dian (29) yang ditulisnya dalam milis mengomentari permasalahan Lula.
Ya, permasalahan teman di kantor yang penjilat sebenarnya bukan permasalahan baru yang perlu diperdebatkan panjang lebar. Itu sudah merupakan bagian dari dinamika dan risiko bekerja dengan banyak orang. Dari situ diperlukan sebuah kesiapan diri dan kedewasaan berpikir dalam menghadapi teman yang bertipe buruk tersebut.
Seperti halnya Dian, setelah menyadari bahwa apa yang dialaminya itu bagian dari risiko pekerjaan, maka dia pun tak lagi memikirkannya dalam-dalam agar bisa kembali tidur nyenyak setiap malam. “Setelah saya pelajari sekian lama, saya telah menemukan pelajaran yang sangat berharga, yaitu saya bisa menyimpulkan mana orang pintar dengan orang licik, dan mana orang bodoh tapi licik,” tuturnya.
“Saya simpulkan bahwa orang penjilat itu adalah orang bego tapi licik. Mereka cenderung banyak bicaranya daripada kerjanya, dan paling suka memuji-muji pekerjaan orang sambil memendam kesalahan sendiri, sulit ditebak, dan munafik,” demikian Dian menggarisbawahi makna sebenarnya seseorang yang berwatak penjilat.

Pasang Jurus Cuek
Repotnya, karena sudah menjadi watak dan ciri kepribadian yang tercetak dari ‘sononya’, maka tidak ada cara ampuh yang dapat menyembuhkan sifat si penjilat itu, kecuali kesadaran dirinya tumbuh. Oleh sebab itu, diperlukan cara tersendiri dalam menghadapi rekan sekantor yang penjilat ini.
Menurut Susie (27), salah satu anggota milis yang menanggapi masalah Lula menyarankan agar menggunakan jurus cuek bebek dalam menghadapi si penjilat. Positive thingking yang dikemukakan Susie ini cukup beralasan juga, karena menurutnya orang yang tidak baik pasti suatu saat akan kena batunya sendiri. Sehingga tidak ada kata lain untuk mengatasi masalah ini kecuali dengan bersabar hati.
Sependapat dengan Susie adalah Jelita (25) yang lebih memegang teguh pepatah ‘anjing menggonggong kafilah tetap berlalu’. “Aku juga punya temen kayak gitu. Tapi mungkin karena aku orangnya cuek abis, jadi apa pun yang dia lakukan atau omongin, misalnya ngadu kek…, apa kek… tak pernah aku peduliin. Masa bodo aja. Toh semua itu hanya bisa-bisanya dia bikin omongan. Jadi aku buat nyante aja... Apalagi dia tak pernah dekat sama teman lain, ya karena sifatnya yang amit-amit gitu. Jadi apa pun yang dia omongkan tak ada yang pedulikan. Kasian sih sebenarnya, tapi mau gimana lagi, itu maunya dia. Intinya adalah biarkan saja. Entar kalau capek kan berhenti... EGP... (emang gue pikirin),” tandas Jelita.
Semua permasalahan dalam menghadapi rekan sekantor yang penjilat agaknya juga harus dikembalikan lagi ke diri kita masing-masing. Karena semua akar permasalahan selalu berkait erat dengan hubungan sesama rekan di kantor. “Kuncinya adalah kita harus bisa menguasai satu bidang yang tidak dimiliki orang lain, atau paling tidak harus ada sesuatu yang menonjol dan dapat diandalkan ke bos, agar si penjilat tidak mengaku-aku "itu kan karena aku yang nyuruh dia untuk mengerjakan" dan lain sebagainya,” tukas Dian kepada VENUS. Dan menurutnya, seandainya kita kaku dalam berkomunikasi dengan bos, cobalah memperbaiki komunikasi. Jalin hubungan baik di tempat kerja. Bila perlu di luar jam kerja juga boleh. Cari saja kesenangan bos apa, misalnya apabila dia memiliki hobi tertentu, maka turutlah, sehingga bos tumbuh rasa empatinya karena sehobi.
Rekan VENUS yang lain, Astuti (30) memiliki solusi yang lebih memilih agar kita lebih melakukan perbaikan diri dengan performa kerja meyakinkan di hadapan bos. Pasalnya, daripada membuang waktu memikirkan sikap si biang tukang jilat, mending kita memperbaiki diri supaya dia tidak punya alasan mencari celah kesalahan kita. Selain itu kita memang harus mampu menunjukkan prestasi ke hadapan bos, jadi apabila teman yang ‘ember’ itu ngadu macam-macam ke bos, bisa dipastikan si bos tak akan begitu saja percaya. Bahkan kalau bisa menjadilah yang lebih baik darinya agar bos lebih percaya kepada kita daripada kepadanya. (arohman)