ENTAH sudah dipatenkan atau belum, label makanan pecel identik dengan kota Madiun Jawa Timur --bila belum, khawatirnya diklaim juga oleh negara tetangga sebagai makanan khasnya misalnya dengan mengganti namanya sebagai nasi kacang Malaysia--. Masakan yang racikan bumbunya berasal dari kacang tanah yang dihaluskan dengan campuran lainnya (bawang putih, kencur, daun jeruk, cabe merah, gula merah, gula jawa, dan garam) ini sudah menjadi trademark Madiun selain Brem tentunya.
Selain di Madiun, varian pecel pun banyak ditemukan di daerah-daerah lain misalnya saja dengan tambahan istilah Pecel Pincuk, Pecel Lodeh, dan lain sebagainya. Selain dikenal sebagai makanan yang merakyat dan murah meriah maka banyak depot atau warung yang menyajikan menu sega pecel (nasi pecel) ini dari sekadar warung pinggir jalan sampai yang berkelas restoran.
Akhir bulan pekan lalu, saya berkesempatan mencoba pecel pincuk di depan stasiun Jombang. Penjualnya adalah seorang perempuan setengah baya dengan sebuah ronjot (semacam tempat khusus) yang dipasang di atas sepeda motor sebagai tempat berbagai bahan jualan. Praktis dan sederhana sekali. Namun bila bicara rasa, jangan ditanya, sangat menggoyang lidah. Buktinya, pembelinya sampe harus mengantre setiap pagi. Maklum, pecel pincuk stasiun Jombang ini hanya buka pada pagi pascasubuh hingga habis, yang tidak lebih dari 3 jam setiap hari.

Seporsi Rp. 2.000-an
Dalam penyajiannya, pecel pincuk stasiun Jombang ini disajikan di atas sebuah pincuk yang terbuat dari kertas minyak berlapis koran. Setelah nasi ditempatkan di atas pincuk menyusul kemudian kulupan atau sayur godog yang terdiri atas kacang panjang, kangkung, taoge, bayam, dan tak ketinggalan mentimun. Setelah itu baru bumbu pecel disiramkan. Istimewanya lagi, ditambahkan pula tempe bacem sebelum di atasnya ditimpali peyek dan kerupuk. Hemmm… benar-benar maknyuzzz!



Begitu sesendok menyentuh lidah, aroma kacangnya begitu meresap. Dan begitu dikecap, wooow… padanan semua bumbu yang telah teraduk jadi satu sebagai menu pecel pincuk ini amat menggugah selera. Bahkan, bisa jadi porsinya yang sangat pas sebagai menu sarapan itu, akan menggoda penikmatnya untuk menambah barang seporsi lagi. Apalagi harganya hanya Rp. 2.000 sepincuk. Murah bukan…?
Jadi, tak ada salahnya sesekali mencoba kelezatan pecel pincuk stasiun Jombang ini, sekalian jalan-jalan menikmati kesejukan kota Jombang. Apalagi tepat di depan stasiun merupakan alun-alun yang tak pernah sepi dari barbagai event. Tak jauh dari stasiun dan alun-alun Jombang juga terdapat tempat melepas hari minggu bersama keluarga, yaitu di Kebonrojo.
Bagi Anda yang datang dari Surabaya dan sekitarnya, bisa sekalian mencoba menikmati perjalanan menggunakan transportasi kereta api Rapi Doho tujuan Blitar yang transit di stasiun Jombang. So, Anda pasti menemukan sesuatu yang benar-benar merakyat sebelum manyantap nasi pecel pincuknya. Agak siangan Anda bisa balik ke Surabaya menggunakan kereta api lagi atau bus. Sebab saat siang hari, KA biasanya penuh sesak, sehingga bus bisa dijadikan alternatif transportasi pulang ke Surabaya dengan membawa kenangan berhari minggu di Jombang. (arohman)