Makanan merupakan bagian dari keaneragaman budaya nusantara yang jumlahnya termasuk paling variatif, namun sangat mudah diadaptasi oleh siapa saja, dengan bersenjatakan lidah, sebagai indera perasa. Tak mengherankan, bila belakangan ini wisata kuliner seakan menjadi tren tersendiri, dan termasuk bagian dari gaya hidup masyarakat.

www.arohman.co.cc DEMAM wisata kuliner yang terjadi pada masyarakat kita saat ini, tentu tak dapat dipungkiri dan merupakan hal positif bagi kelangsungan makanan tradisional itu sendiri. Apalagi, hal tersebut didukung oleh media massa yang secara spontanitas memanfaatkan ‘kepedulian masyarakat’ itu lewat rubrik maupun acara khusus. Hasilnya, kampanye kuliner pun berjalan dengan sendirinya, sehingga mampu meningkatkan daya jual sekaligus mengangkat perekonomian para penjual makanan tradisional sekaligus memopulerkannya.
Selama ini, orang datang ke sebuah tempat makan (warung, depot, resto) biasanya didasarkan atas kefamilieran lidahnya terhadap makanan favoritnya. Lebih dari itu, suasana penunjang dan lain-lainnya adalah perhitungan nomor ke sekiannya. Padahal bila dicermati secara seksama, setiap makanan khas yang ada di negeri ini memiliki kelebihan lain di samping kelezatan rasanya. Dan, itulah yang tertuang utuh dalam buku 80 Warisan Kuliner Nusantara ini.

Dalam buku yang dikemas eksklusif ini, terdapat 80 makanan juara; yaitu makanan-makanan dari berbagai daerah di Indonesia yang tak terbantahkan lagi kedahsyatan rasanya. Dihadirkan sebagai food guide, disertakan pula 3 lembar peta makan khusus yang meliputi lokasi makan enak di kota Surabaya, Jakarta, dan Bandung.

Reverensi Terlengkap
Sebagai buku yang ditujukan bagi pecinta kuliner, buku ini termasuk paling komplet di antara buku-buku kuliner yang telah terbit sebelumnya. Bukan hanya performanya yang sangat istimewa (format hardcover dan isi artpaper, full color) tentu sangat menarik. Desainnya pun excellent. Kontensnya pun benar-benar lengkap. Selain setiap makanan diulas detail dengan bahasa yang simple dan mudah dipahami, diceritakan pula asal muasalnya. Diikutsertakan juga resep-resepnya, dan tak ketinggalan tempat makan atau depot tempat makanan tersebut berasal dan pupuler di daerah asalnya maupun perwakilannnya di daerah lain.
Misalnya ketika Anda membaca tentang menu soto, maka dalam buku ini Anda langsung dapat memperoleh informasi berbagai jenis soto dan keistimewaanya. Mulai dari soto Madura, Betawi, Makassar dan lain-lainnya. Bahkan ada pula sejarah mengenai soto-soto itu sendiri. Misalnya saja Soto Tangkar. Pada halaman 24 dipaparkan bahwa Soto Tangkar adalah sotonya orang Betawi, yang ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Alkisah, nama Soto Tangkar diambil dari isi soto yang dibuat dari tulang iga (tangkar artinya tulang iga). Karena pada zaman perang, masyarakat kita sangat miskin, hanya bisa mendapatkan tulang iga dengan sedikit daging yang menempel pada tulangnya atau yang oleh orang Surabaya dinamakan t̩t̩lan. Resep dan cara membuatnya pun langsung bisa diaplikasikan untuk dicoba langsung di dapur. Sementara bagi yang tidak hobi memasak, bisa langsung mencobanya di tempat yang telah direkomendasikan oleh buku ini untuk mencicipi keaslian Soto Tangkar. Misalnya saja, Soto Tangkar ini bisa didapat di Rumah Makan Soto Tangkar Omah Sendok di Jakarta yang buka pada pukul 10.00 Р17.00. Begitu seterusnya dengan makanan khas lainnya, dijelentrehkan oleh tim penyusun yang merupakan para pakar kuliner Indonesia.
Contoh lain adalah, misalnya ketika kita yang tinggal di Surabaya kemudian ngidam kepingin Rujak Soto Banyuwangi, maka telah tersedia rekomendasi tempatnya, yaitu di Depot Dahlia, Jl. Ngagel Jawa Barat. Sedangkan bagi yang penasaran apa itu Rujak Soto, terlebih dahulu dapat mengetahui deskripsi performa dan cara penyajiannya melali buku ini. Bahkan resepnya juga sangat lengkap, tinggal dicoba melihatnya di halaman 105.

Kitab Wajib Kuliner
80 hidangan yang merupakan makanan khas pilihan dari seantero nusantara dalam buku ini, kesemuanya merupakan warisan adiluhung nenek moyang kita. Pertautan budaya dan suku di negeri ini menghasilkan aneka rasa dan warna yang memperkaya kekhasannya kuliner nusantara. Diperlukan ketajaman lidah untuk membedakan setiap jenis masakan. Karena ada jenis masakan yang serupa namun komposisi bumbu dan penampilannya berbeda jauh.
Trik dan tips dalam menyiasati bumbu agar masakan tetap enak serta menyehatkan juga terselip di antara paparan kekhasan masakan daerah. Misalnya saja rahasia gurih Sroto Banyumas yang ternyata bukan berasal dari penyedap rasa, melainkan dari bumbu kemiri, kacang, dan kelapa parut sangrai.
Dari total 80 makanan warisan kuliner nusantara yang ada, buku ini mengategorikannya ke dalam 8 bagian untuk memudahkan mengenali jenis masakannya. Jenis sate disajikan 9 pilihan aneka sate; dari sate Meranggi sampai sate Padang. Kemudian Soto juga ada 9 macam. Disusul jenis nasi ada 13 varian, mulai nasi Uduk hingga nasi Buk. Kategori lontong ada 7 jenis. Mi ada 5 jenis. Sop dan hidangan berkuah ada 12 macam. 7 buah masuk kategori Ayam, Bebek dan Ikan, dan 18 jenis masakan lainnya.
Sepertinya, buku ini juga pantas sekali dijadikan inspirasi bagi mereka yang memiliki usaha di bidang makanan, atau akan memulai bisnis depot makanan. Sajian resepnya bisa dijadikan rujukan, sementara falsafah dan hikayat ke-80 makanan itu dapat menjadi modal untuk lebih mengenal dan melanggengkan kuliner nusantara ini.
Yang lebih penting lagi dari buku ini, adalah efek pasca membaca yang menimbulkan gairah untuk mencoba setiap menu yang benar-benar menggiurkan selera itu. Dijamin Anda pasti akan menahan liur untuk sekadar menjinakkan kedahsyatan setiap rasa. * (RADAR SURABAYA; 12 Oktober 2008)

Judul Buku : 80 Warisan Kuliner Nusantara
Penyusun : Samijati Purwadari
Genre : Kuliner
Cetakan : Pertama, September 2008
Tebal : 168 halaman
Penerbit : PT Media Boga Utama
Harga : Rp. 50.000,-
Peresensi : Abdur Rohman, S.Pd