BANYAK kisah dan cerita tentang hari ibu. Salah satunya adalah kisah nyata berikut ini. Yaitu kisah tentang seorang ibu tua yang telah mengidap pikun dan tuli tapi mampu mengingat kembali.

Wanita renta itu usianya sekitar 80 tahun. Wajah dan kulit tubunya sudah amat keriput, bahkan bisa dikatakan peot, karena hampir semua giginya telah tanggal sehingga tak menyisakan keanggunan sama sekali ketika dipandang. Semakin lengkap keuzurannya, dengan sisa rambutnya yang tak seberapa dan semuanya sudah berwarna putih keperakan.

Setiap hari wanita tua itu hidup di rumah peninggalan almarhum suaminya yang pensiunan PNS kelas rendahan. Di sisa umurnya ini praktis dia bergantung dari cucunya yang juga tinggal bersamanya. Sebenarnya wanita tersebut mempunyai tiga orang anak; dua perempan dan satu laki-laki. Namun, kini hanya tinggal anak tertuanya, seorang perempuan berusia 60-an. Sementara dua anak lainnya, putra keduanya yang seorang pria telah meninggal pertengahan Ramadhan (1432) lalu saat umroh, dan putri bungsunya pun mendahuluinya menjelang tutup tahun (2011) ini, karena kecelakaan di jalan saat hendak menjenguk sang ibu tercintanya yang telah renta dan tak bisa ke mana-mana.

Wanita itu benar-benar telah pikun. Karena kepikunannya itu pula sampai dia tak lagi mengenali anak cucunya sendiri. Bahkan, tatkala sang putra meninggal di tanah suci, salah seorang cucunya mengabarinya dengan sangat hati-hati, supaya dia tidak kaget. Namun, dengan entengnya wanita itu menanggapi. “Siapa yang kamu kabarkan meninggal itu? Orang mana? Anaknya siapa?”

Mengetahui sang nenek tak mampu mencerna kabar duka yang disampaikannya, cucu ini pun menjawabnya dengan bijak. Tanpa menyebutkan lagi bahwa ayahnya telah pergi untuk selama-lamanya, sang cucu membisikkan kalimat agak keras di dekat telinga neneknya yang ternyata juga tuli tersebut. “Ya, sampeyan yang sabar saja. Doakan saja, semoga segala dosanya diampuni Allah SWT.” Kalimat itu pun ditanggapi dengan sunggingan senyum saja oleh sang nenek.

Waktu terus bergulir. Selang sebulan berikutnya, giliran ada kabar duka lagi. Kali ini yang meninggal adalah adik kandung sang nenek pada usianya yang hamper 70 tahun. Adik yang sangat menyayanginya, yang setiap minggu pasti menjenguknya. Namun sekali lagi, kepikunannya menghalau rasa duka pada hati dan jiwanya. Dia seakan tak mengenal sama sekali siapa orang yang meninggal itu, yang sejatinya adalah adiknya sendiri.

Tak lama setelah itu, hampir dalam rentang waktu yang sama, usai empat puluh hari peringatan wafatnya sang adik. Nenek ini kembali mendapat kabar duka. Kini giliran putri bungsunya yang dipanggil sang khaliq dalam usia 45 tahun. Awalnya, ketika mendapat informasi terjadi kecelakaan yang menewaskan anak ketiganya ini, wanita tua itu juga menanggapinya biasa saja. Maklum sudah pikun, jadi seakan dia lupa sama sekali tentang siapa-siapa saja anak, cucu, dan keluarganya.

Namun sesuatu yang luar biasa terjadi. Pada hari ketujuh meninggalnya sang putri, tiba-tiba cucu-cucu wanita tua itu tersentak. Seakan ada yang membisiki sang nenek. Tiba-tiba saja wanita tua menanyakan kabar anak perempuannya yang meninggal karena kecelakaan tujuh hari lalu. Sontak dia menangis sekeras-kerasnya dengan suara pilu yang menyayat. Seakan-akan dia dibukakan ingatannya kembali oleh Allah SWT tentang anak petempuannya yang hampir setiap dua hari sekali menjenguknya dan membawakannya beberapa bungkus jajan pasar kesukaannya itu.

“Ya Allah… anakku telah meninggal. Anakku telah mati… Anakku telah kau ambil….” Begitu kalimat yang berulang-ulang terucap lewat paraunya suara bercampur tangisan wanita tua yang pikun dan tuli itu.

Dari sepenggal cerita ini menunjukkan, betapa kasih sayang ibu itu sangat luar biasa. Cinta dan kasihnya tak kan pernah putus sepanjang masa. Bahkan pada seorang wanita renta yang telah pikun dan tuli ini pun masih mampu menyisakan potongan-potongan memori tentang anak yang sejatinya dicintainya. Anak perempuan yang selalu mencoba berbakti kepadanya, meski Tuhan ternyata lebih dulu memanggilnya.

Sungguh bahagianya kita yang masih mampu menjumpai ibu kita dengan keadaan sehat. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepadamu, Ibu…. (kang abu)