Aku termasuk orang yang kurang berolahraga. Bukannya aku malas, namun tidak sempat saja gerak badan. Ngeles aja hehehe…

Pagi tadi, usai bangun tidur dan bantu-bantu membersihkan rumah, aku membulatkan tekad rutin berolahraga. Tak perlu mahal. Cukup jalan kaki sambil sesekali berlari kecil mengitari masjid Al Akbar yang tak jauh dari tempat tinggalku. Meski sudah terbilang kesiangan, namun aku tetap saja meluncur ke masjid terbesar di Surabaya tersebut. Demi keringat.

Masjid Agung –demikian biasa orang menyebut masjid negara di Jawa Timur tersebut—pada hari Minggu pagi biasanya suasananya sangat ramai. Maklum, setiap hari Minggu di sekitaran masjid disesaki oleh masyarakat yang bermaksud refreshing. Apalagi di sebidang tanah kosong di utara masjid digelar semacam pasar krempyeng yang dipenuhi penjual aneka kebutuhan, termasuk kuliner dan arena permainan anak. Lengkaplah sudah keramaian di sekitaran masjid Agung.

Kembali ke olahraga. Sampai di lokasi tujuan, aku memarkir sepeda dan mulai memanaskan badan. Pertama yang kulakukan adalah jalan sekali putaran. Dengan langkah biasa memerlukan waktu sekitar 10 menitan. Ketika sampai di titik start, aku meningkatkan kekuatan dari berjalan biasa menjadi jalan cepat. Namun kali ini aku tidak memutari masjid lagi, melainkan hanya melintas dari pintu masuk utara menuju pintu depan bolak-balik sekitar setengah kilometer. Keringat mulai terasa membulir kecil di keningku. Aku terus memacu langkah lagi dengan berlari ringan sampai tubuh benar-benar panas dan berkeringat.

Ketika tubuh mulai panas, di tengah berlari terasa muncul gatal di beberapa bagian tubuh. Mungkin karena tak pernah berolahraga sehingga ketika tubuh dipacu dan jantung memompa peredaran darah secara cepat membuat alirannya agak kaget sehingga menyebabkan gatal-gatal tersebut. Atau bisa juga di darahku sudah kurang sehat lagi akibat tubuh yang dialirinya jarang digerakkan secara maksimal sehingga di beberapa bagian terjadi sumbatan yang membuat alirannya tidak lancar. Itu sih analisisku saja. 30 menit berolahraga cukuplah bagiku.

Biasanya aku berolahraga rutin setiap minggu bersama teman-teman kantor dengan bermain futsal. Sayangnya kegiatan baik tersebut tidak berlangsung lama, dan sejak menjelang Ramadhan lalu tak lagi aktif kami lakukan. Di samping harus membayar sewa lapangan, teman-teman juga merasa keberatan karena lapangan langganan kami jauh dari rumah masing-masing. Akhirnya ya… selesai deh.

Olahraga memang tidak harus mahal. Asal tubuh dapat digerakkan dengan aktif dan mengeluarkan keringat rasanya sudah cukup mampu menyegarkan tubuh. Yang penting persendian dan rangkaian otot tubuh mampu digerakkan secara kontinyu sehingga peredaran darah yang dipacu oleh kinerja jantung berlangsung lancar dan normal.

Dulu semasa kecil sampai remaja aku termasuk individu yang aktif. Meski tanpa olahraga rutin seperti lari pagi maupun senam yang biasanya hanya kulakukan di sekolah, namun dalam hal aktivitas tubuh sudah sangat memadai. Maklum sehari-hari aku harus bekerja keras menggunakan otot dan menguras tenaga untuk membantu orang tua.

Ketika pagi harus sekolah, maka siang hari aku harus mengayuh sepeda jengki jauh sampai ke wilayah kecamatan tetangga untuk mencari rumput sebagai makanan ternak piaraan keluarga. Pulang-pergi dengan beban penuh aku harus mengayuh kurang lebih 8 kilometer setiap hari. Belum lagi olahraga hiburan berupa sepakbola di tengah lapangan cadas bersama teman-teman dari kampung sebelah. Atau malam hari bermain sodoran (gobaksodor) di halaman musalah usai ngaji. Jadilah aku tak perlu berolahraga lagi, karena porsinya sudah cukup mengatasi kebutuhan berolahraga normal.

Kini, olahraga sepertinya wajib bagi tubuhku yang sudah memasuki masa-masa berumur. Dengan pekerjaan rutin yang hampir seharian duduk di balik meja sembari memelototi komputer, gerak badan merupakan sesuatu yang langka. Dengan aktivitas kantor yang lebih banyak duduk dan hanya sesekali berdiri dan berjalan beberapa meter dari meja untuk mengambil air minum atau ke kamar kecil, tentu gaya hidupku tak sehat lagi. Untuk itu aku sudah harus memulai kebiasaan berolahraga secara teratur.

Tren bersepeda yang kini digandrungi masyarakat sebenarnya juga bisa aku jadikan alternatif. Namun aku tak mau latah dan hanya ikut-kutan saja. Aku ingin membiasakan berolahraga teratur bukan karena ikut-ikutan melainkan berdasar kebutuhan. Meski di rumah juga ada sepeda angin yang kadang juga aku gunakan memancing keringat, namun jalan kaki dan lari-lari kecil menurutku lebih efektif sebagai olahragaku yang menyehatkan.

Aku merasakan manfaat olahraga ringan yang kujalani. Tubuh terasa nyaman, makan dan istirahat pun bisa teratur. Yang utama lagi aku merasa nyeri di pangkal pinggang yang kualami meluruh pasca aku rutin berolahraga. Satu lagi, aku bertambah rajin minum air putih. Ayo membiasakan diri berolahraga! (kang abu)