MALAM masih mulai. Kawasan jalan Sabang atau Raya Agus Salim
Kebon sirih Jakarta Pusat, geliatnya sangat kentara. Lalu lalang pejalan kaki
ramai. Rata-rata mereka berjalan sambil toleh kanan-kiri untuk mendapatkan
tempat yang pas untuk mengisi perut atau sekadar ngupi. Malkum jam makan malam.
Dari sudut perempatan jalan yang ada bangjonya (traffic
light), tampak sebuah plakat kedai kopi yang desainnya klasik ala Tionghoa. Berbentuk
octagon (segi delapan) bergaris merah dengan ornament flower di sisi atas dan
bawah mengapit tiga abjad OEY dan tulisan China yang mungkin bermakna sama.
Pemandangan itu cukup mencolok karena di permukaan tembok
depan gedung ruko berlantai empat itu ada tulisan merah dengan led neon flex menyala
tajam “Kopi OEY” yang langsung mengundang setiap yang memandangnya untuk datang
segera.
Tak pakai lama, akhirnya tempat itulah yang menjadi pilihan tujuan
kami. Memasuki pintu langsung disambut suasana Tionghoa berupa pintu kaca
bernuansa khas negeri tirai bambu. Suasana di dalamnya pun demikian. Meja kayu
dengan marmer bulat dikelilingi kursi kayu klasik memenuhi seisi ruangan. Ada juga
meje persegi di bagian pinggir dengan kesan klasiknya pula. Lampion-lampion digantung
dengan cahaya temaram. Juga ada sangkar burung yang dijadikan lampion pula di
atas tempat duduk pengunjung. Sementara gambar poster jadoel tampak melekat
erat di sisi dinding dengan ukuran dan bentuk yang disesuaikan.
Pilihan tempat duduk di dekat tangga sambil membelakangan
kasir sepertinya posisi yang pas. Dari sudut ini pengunjung bisa menyaksikan
secara menyeluruh luas ruang dan berbagai propertinya. Mau pesan menu tinggal
panggil pramusaji dengan lembar warta menunya, mau bayar tinggal geser dikit
dan langsung disambut mbak-mbak manis dengan senyum ramahnya.
Bersama CEO dan Pemred MediaGuru Indonesia. |
Meski namanya kedai Kopi, namun bukan menyediakan sajian
kopi semata. Ada banyak menu makanan dan kudapan yang bisa dipesan dan dinikmati
di sana. Tapi karena tujuan kami memang untuk ngopi, maka tak ada pesanan di
meja kami selain kopi. Pilihan jatuh pada vietnam drip dan manual brew single
origin been bali menggunakan V60.
Sambil berbincang, kami pun larut dalam aroma dan nikmat
kopi yang tersaji. Seruput punya seruput, ternyata kedai kopi yang kami singgahi
ini adalah tempat istimewa. Lebih istimewa lagi, karena Kopi Oey ini adalah milik
almarhum Pak Bondan Oeynarno, alias Bondan Winarno sang legenda pakar kuliner yang
pernah dimiliki Indonesia.
Sajian single origin kopi Bali V60. |
Dan usut punya usut lagi, kedai kopi peranakan Tionghoa, Oey
yang kami singgahi ini merupakan yang pertama kali dibuka Pak Bondan pada tahun
2009 lalu. Sebagai pakar kuliner, rasanya tak salah pemilik selogan ‘maknyusss!’
Itu memilih kawasan Jalan Haji Agus Salim karena sekitaran Jalan Sabang Kebonsirih
Jakarta Pusat ini merupakan area surga kuliner yang terkenal di ibu kota.
Sajian vietnam drip kedai Kopi Oey Sabang. |
Eit… tak terasa sejam lebih kami menikmati kopi ala kedai
Oey, Selasa (23/7/2019). Setelah bayar dan membungkus been single origin yang
tadi saya seruput seduhannya, kami pun kembali ke hotel untuk beristirahat
sekalian merajut mimpi-mimpi indah sebagaimana yang kami bincangkan di pojok
kedai kopi Oey itu. *