SEDIKIT yang saya tahu tentang BJ Habibie. Tapi yang sedikit itu benar-benar tertanam di dalam kepala. Seakan beliaulah satu-satunya orang pandai di Indonesia. Setidaknya itu yang tergambar zaman sekolah di bangku sekolah dasar dan menengah dulu.

Betapa tidak, pemilik nama lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie ini selalu menghiasi buku saku UUD 1945 dan GBHN yang di dalamnya terdapat juga daftar nama dan foto jajaran Kabinet Pemerintahan saat itu. Apalagi dalam pemerintahan era Repelita III sampai VI, beliau selalu menduduki jabatan Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan. Itu artinya, sejak tahun 1978 hingga 1998 atau selama 20 tahun dalam empat kali periodesasi Kebinet Pembangunan era Presiden Soeharto. Dan itu juga artinya Habibie selalu menjadi Menristek yang fotonya selalu terpampang di buku-buku juga poster di sekolah-sekolah.

Itulah kenangan mendalam tentang BJ Habibie yang mungkin juga dirasakan oleh generasi dan teman-teman seusia saat itu. Kebanggaan semakin merajalela, ketika sang professor berhasil menciptakan pesawat nasional N250 bernama Gatotkaca. Apalagi pesawat asli buatan anak Indonesia di bawah IPTN Bandung ini mampu menunjukkan kedigdayaannya di hadapan para tamu negara, saat dilakukan terbang perdana yang disiarkan langsung TVRI dan puluhan media nasional dan internasional. Penerbangan pertama N250 Gatotkaca dilakukan jelang HUT kemerdekaan ke-50 RI, tepatnya pada 10 Agustus 1995.

Kebanggaan sebagai bangsa kami membuncah. Tak salah bila kemudian banyak generasi muda yang gandrung dan menyandarkan cita-cita mulianya ingin bisa menjadi seperti Habibie. Menjadi orang genius yang dibutuhkan bangsa dan negara.
Kemarin, Rabu, 11 September 2019, BJ Habibie berpulang ke Rahmatullah. Kabar itu langsung memenuhi jagad media nusantara. Kabar dan ungkapan dukacita terus membanjiri setiap grup WA maupun medsos yang saya ikuti. Mereka dan kita semua turut merasa kehilangan tokoh terbaik di negeri ini.

Berbagai kenangan, catatan, maupun ungkapan yang selama ini tak pernah terutarakan; kemarin terus mewarnai laman-laman pemberitaan dan media sosial. Para rekan sejawat, tokoh politik, pemuka agama, ormas, bahkan para pemimpin negara tanpa terkecuali serempak mengucapkan belasungkawa. Sama dengan kita, mereka merasa sangat kehilangan atas ketokohan yang dimiliki BJ Habibie.

Lambang Kesetiaan

Selain dikenal sebagai insinyur andal dan karyanya mendunia, khususnya di bidang kedirgantaraan, Habibie juga dikenal sebagai sosok yang sangat romantis. Kesetiaan dan cinta sucinya kepada Ainun istrinya memberi teladan bagi setiap rumah tangga. Wanita bernama asli Hasri Ainun Besari yang dinikahi Habibie sejak 12 Mei 1962 itu dengan penuh kasih sayang mendampingi Habibie dengan segala romantikanya. Suka dan duka mereka lalui berdua, sehingga kisah hidup mereka sampai diabadikan dalam film inspiratif; “Habibie & Ainun”.

Habibie menurunkan gen technokratnya kepada kedua putranya, Thareq Kemal Habibie dan Ilham Akbar Habibie. Kasih sayangnya tidak pernah pudar. Kata Habibie dalam sebuah wawancara khusus dengan sebuah televisi swasta, “Saya sangat bersyukur karena di dunia ini ada dua pakar konstruksi pesawat dari Indonesia, yaitu Bacharuddin Jusuf Habibie dan dan Ilham Akbar Habibie.

Disegani dalam Politik

Selain dikenal sebagai technocrat, Habibie juga dikenal sebagai politisi ulung. Itu tidak lepas dari peran pentingnya dalam perjalanan bangsa Indonesia, khususnya pada era menjelang reformasi 1998. Saat itu, berbekal pengalamannya menjadi Menristek selama dua dekade di era pemerintahan Order Baru, Habibie mendapat kesempatan dipilih sebagai wakil presiden RI mendampingi Soeharto yang memasuki masa kepemimpinan ke-36 tahun sebagai presiden RI.

Hanya berlangsung 2 bulan 7 hari mendampingi Soeharto mempimpin pemerintahan, pecah reformasi Mei 1998, Habibie didaulat MPR untuk menggantikan Soekarto yang lengser keprabon. Namun, rongrongan besar justru terjadi, saat Timor Leste akhirnya harus lepas dari tangan NKRI pasca pemberian izin referendum oleh Habibie. Pemerintahan Habibie semakin di ujung tanduk. Dia pun akhirnya harus menyerahkan tampuk pemerintahan setelah menjadi presiden selama satu setengah tahun mewarnai perpolitikan Indonesia.

Usai menjalani perjalanan yang berat sebagai politisi, Habibie menghabiskan masa luangnya untuk kembali mengembangkan pesawat rancangannya bersama sang putra Ilham Habibie. Kabarnya tahun 2021 depan, pengembangan pesawat N250 peninggalan Habibie akan dipasarkan sebagai N219 melalui PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan LAPAN. Sementara melalui Ilham Habibie juga akan mengembangkan warisan sang ayah dengan meluncurkan prototype baru untuk dunia penerbangan komersial yang diberi label R80.

Kini, kita semua kehilangan Bapak Pesawat Terbang Indonesia, yang telah terbang jauh ke hadirat Allah SWT. Semoga amal baik dan ilmu bermanfaatnya menjadikan ladang pahala yang terus mengalir dan menyertainya. Amin….