BEBERAPA hari ini medsos kita dibanjiri pro-kontra penghentian audisi PB Djarum dalam menjaring para atlet bulutangkis berbakat dari segenap pelosok negeri. Penghentikan yang akan dimulai tahun depan (2020) itu dipicu oleh pelarangan penggunaan nama Djarum oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). KPAI menilai ajang pencarian bakat PB Djarum tersebut memanfaatkan anak-anak untuk mempromosikan merek Djarum yang identik dengan produk rokok.

Nah, pro dan kontra bagaimana, pasti Anda sudah membacanya di banyak postingan. Baik mereka yang mendukung PB Djarum atau membela KPAI semua sudah bertebaran di medsos maupun berbagai pemberitaan online dan media massa konvensional.

Persatuan Bulutangkis (PB) Djarum sendiri telah dikenal sebagai klub olahraga yang khusus membina atlet-atlet bulutangkis, dan telah benyak melahirkan juara dunia. Biaya dan operasional kegiatan PB Djarum sendiri ditanggung oleh Djarum Foundation yang merupakan lembaga CSR perusahaan rokok asal Kudus itu.

Eit…! Itu saja sedikit yang saya tahu tentang polemik hangat akhir pekan ini. Tapi sepertinya kita juga perlu tahu bahwa Djarum sebagai corporate besar asli Indonesia tidak semata hidup dari pabrik rokok lho.

Yup, atas pertimbangan bisnis rokok belakangan relatif stagnan dan cukai selalu naik serta aturannya semakin ketat, Djarum pun perlahan melebarkan usahanya di bidang lain. Yang dilirik Djarum antara lain perkebunan sawit, e-commerce Blibli.com, bisnis elektronik Polytron, bisnis properti dan perhotelan, perusahaan investasi melalui Bank BCA dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk. Dan yang terbaru, Djarum juga merambah bisnis kopi melalui PT Sumber Kopi Prima dengan brand Caffino.

Rambah Bisnis Kopi Sachet

Tak dimungkiri, Djarum memang sangat piawai membungkus peluang jadi bisnis sungguhan. Kopi dan kafe yang saat ini telah masuk dalam gaya hidup masyarakat pun disasar melalui kopi instan merek Caffino. Kopi sachet  yang diklaim dapat dinikmati di mana dan kapan saja seperti minum kopi di kafe sungguhan ini sudah dirilis sejak Juni lalu, dan menjadi sponsor juga pada Indonesia Open 2019.

Mengusung varian kopi latte ala kafe, Caffino memberi tiga pilihan; kopi latte classic, kopi latte mocca, dan kopi latte choco hazelnute. Kesemuanya dikemas dalam 3 in 1 kopi instan yang dibuat dari kopi dan susu asli.

Secara rasa, tiga pilihan yang diberikan Caffino cukup berani. Sebagai pendatang baru, yang mencantumkan keberadaannya sejak 2018 seperti di kemasan depannya, Caffino langsung melirik kopi latte. Ini jelas tidak mau bertabrakan dengan pabrik sebelah yang lebih awal dan tenar melalui Cappucino-nya. Caffino lebih berani dan percaya diri bahwa sajian produknya akan disukai konsumen. Pasti sudah dilakukan riset matang, karena di kafe-kafe memang latte cukup menjadi pilihan banyak penggemar. Apalagi di banyak kafe atau kedai kopi, kopi susulah yang paling favorit sebagai pilihan menu.

Sedikit pengetahuan, kopi latte atau caffé latte berasal dari bahasa Italia berarti “kopi susu”. Ini didasarkan atas bahan campuran yang digunakan sebagai komposisi yaitu kopi dan susu. Dalam penyajian proses manual, susu sebagai campuran pada minuman ini harus di-steam untuk menciptakan foam menggunakan uap panas dari mesin. Foam yang dihasilkan dan digunakan dipilih yang tidak terlalu kental.

Nah, kesan ala kopi latte sungguhan bisa didapat dari sajian Caffino ini. Secara penampilan bolehlah, dengan citarasa kopi susu yang tidak terlalu manis, bahkan paduan kopi-susunya memberikan rasa pahit-gurih tersendiri. Apalagi bila kita meminumnya di sela penat pekerjaan sembari ngudap pisang goreng. Dijamin makin mantul dech. Mantap betul! arm