Ingar bingar Piala Eropa 2020 makin menjadi. Memasuki babak gugur 16 besar, keseruan di setiap pertandingan berlangsung dramatis. Setiap laga adalah hidup-mati. Terakhir, Ukraina mampu membuat sejarah dengan menembus babak perempat final usai mengalahkan Swedia lewat babak tambahan waktu dengan skor akhir 2-1. Tim besutan Andriy Shevchenko ini menyusul Inggris yang beberapa jam sebelumnya telah lebih dahulu mencatatkan namanya di babak 8 besar dengan menumbangkan Tim Panser Jerman 2-0 langsung.

 

Menyaksikan keseruan turnamen sepak bola memang asyik, apalagi bisa langsung merasakan atmosfir pertandingannya dengan menjadi pemain. Dulu, semasa remaja saya sangat hobi sepak bola. Saking demennya sampai gabung dengan kesebelasan tetangga dusun. Saya cukup disegani sebagai salah satu gelandang bertahan yang mampu mengontrol permainan di bawah sekaligus kerap membantu serangan ke area depan.

 

Pengalaman yang paling tak terlupakan ialah saat saya berhasil menjebol gawang lawan. Ini terjadi pada turnamen agustusan di desa kami. Ketika itu, tim dusun kami harus berhadapan dengan lawan tangguh, kesebelasan Gembus dengan deretan pemain top, yang notabene adalah teman-teman sepermainan saya sendiri saat latihan.

 

Tim kami memasuki lapangan dengan modal nekat. Benar-benar bonek alias bondo nekat. Hanya membawa pemain pas-pasan, sepatu apa adanya, kostum juga sekenanya. Pokoknya hari itu kami janjian berkumpul di lapangan sebelah mushollah usai sholat Ashar.

 

Kawan-kawan saya memasuki lapangan agak kurang familier, kikuk dan grogi melihat penonton yang memenuhi setiap garis lapangan. Belum lagi melihat sosok-sosok pemain kenamaan yang biasa hanya dilihatnya dalam pertandingan Tarkam, kini harus berhadapan langsung. Utamanya kiper atau penjaga gawang mereka yang sudah sering dibon ke mancadesa. Namanya Memet, tubuhnya besar dan paling tangguh mengawal area gawangnya dari gempuran lawan.

 

Pertandingan berlangsung. Kami dikapteni Inun memulai permainan tanpa konsep. Untungnya ada Cak Nuri yang cukup senior dan sering memberi aba-aba dan masukan setiap kami menguasai bola. Dan pada suatu kesempatan pertengahan babak pertama, sebuah umpan terobosan dari Tomo berhasil saya kuasai sampai mendekati kotak pinalti lawan. Tanpa pikir panjang, bola saya tendang lurus ke depan sekuat tenaga. Gooolll!

 

Kawan-kawan saya langsung berlarian mendekat. Mereka memeluk dan mengacak-acak kepala saya. Saya masih belum yakin bisa membuat gol. Tapi setelah melihat Memet, kiper Gembus memungut bola dari belakang gawang dengan muka ditekuk, saya baru yakin itu tadi gol beneran.

 

Tak lama kemudian Imri, wasit pertandingan langsung meniup peluit dan menunjuk tengah lapangan. Wow, rasanya seperti berjalan dan tertiup angin. Badan rasanya enteng terbawa euforia kemenangan sementara itu. Kini baru memahami betul, bagaimana rasanya para pemain bola usai mencetak gol. Ada yang langsung berlarian sambil melepas kostumnya, ada juga yang berlari ke sudut lapangan menendang bendara. Ada pula yang langsung melompat salto berjumpalitan di atas lapangan. Itu semua adalah euforia, titik kulminasi dari puncak kebahagian yang mereka raih dalam karier mereka.