Ada-ada saja cara masyarakat Surabaya mengenang peristiwa 10 November 1945. Salah satu yang cukup mengesankan dilakukan oleh salah satu koran lokal “Radar Surabaya”.

HARI ini bisa jadi sebagian pelanggannya terkejut begitu menerima bundel koran dari loper. Bagaimana tidak, lha wong koran yang diterimanya adalah koran usang zaman kemerdekaan silam. Namun keterkejutan tersebut tak akan bertahan lama, karena begitu pelanggan membuka halaman berikutnya, semua isi dan rubrik harian RADAR Surabaya keseluruhannya seperti biasanya.
Rupanya itulah sensasi yang diberikan oleh koran lokal Surabaya tersebut kepada pembacannya. Karena sejak dipimpin oleh Leak Koestiya, sepertinya koran ini tak pernah berhenti memberi sensasi, terutama dalam hal desain dan perwajahan halaman. Salah satunya yang cukup sensasional ya pada hari ini, dimana perwajahan halaman utama dirupakan koran 63 tahun silam lengkap dengan warna kusamnya.
Sebagai headline yang cukup mengigit “Merdeka ataue Lapar!!!” dengan upper deck “Dibakar oleh api semangat Bung Tomo, ayo lawan krisis!!” dengan foto utama Bung Tomo pidato. Sungguh mirip sekali sebagai koran tempo dulu. Apalagi di sudut kiri atas juga dipasang foto Bung Karno lengkap dengan cuplikan kalimatnya yang penuh semangat.
Font-font yang dipergunakan untuk judul dipilih model mesin ketik manual sehingga kian memberi gambaran kekunoan pada koran edisi khusus yang dipandrol Rp. 5.000 per eksemplarnya itu. Dua kali lipat daripada harga regular. Harga yang cukup sepadan dengan sensasional yang telah diberikan.
Hari ini memang konsentrasi masyararakat Surabaya tertuju ke Tugu Pahlawan. Di tempat ini akan digelar konser "Simfoni Untuk Bangsa" petang nanti. Tentu peringatan Hari Pahlawan tahun ini begitu berarti bagi warga Surabaya, karena tahun ini, pemerintah juga telah menganugerahkan “Pahlawan Nasional” kepada Bung Tomo.
Hari ini, kita perlu kembali merenungkan hakikat Hari Pahlawan sebagai tonggak penyemangat dalam menghadapi krisis global. *