Bakso vs Bakwan Bakar Malang: Apa Arti sebuah Nama?
Malang yang terkenal sebagai kota apel, ternyata menyimpan banyak keunikan kuliner. Misalnya bakso. Di kota dingin ini, memiliki beberapa varian bakso, bakso baker contohnya.
PADA kesempatan mengunjungi Festival Jajanan Bango 2007 di Surabaya awal Mei lalu, saya menyempatkan diri mampir ke stand Bakso Bakar Bromo khas Malang. Rasanya memang mak nyusss…! (pinjam istilahnya Mas Bondan Winarno).
Sekilas tampak luar, orang tak akan mengira bahwa stand yang memajang alat pemanggang ala bakul sate di depan tempat jualan itu adalah penjual bakso. Begitu pula saya waktu itu. Untung informasi dari rilis yang diberikan panitia tercantum Bakso Bakar, sehingga saya pun dapat mencarinya di sekitar jajaran tenda yang hari itu digelar di Lapangan Basuki Rahmad, Depan Tunjungan Plaza, Surabaya.
Usai mampir ke stand Soto Wawan, saya beranjak menuju Bakso Bakar. Mudah saja saya mencarinya, karena di setiap tenda stand pasti terpampang nama makanan khas yang mengikuti FJB. Dan, tak perlu waktu lama saya langsung menemukan bakso khas Malang tersebut. “Bakwan Bromo Bakar”.
Menurut informasi dari seorang teman yang asli Malang, sebenarnya yang populer di kotanya adalah bakso bakar, bukan bakwan bakar. Lantas mengapa kok bakwan bakar, teman saya itu pun menambahkan bahwa mungkin itu bakso yang jualan di Jalan Bromo, Malang. Supaya tidak sama dengan bakso bakar, maka si penjual menghadirkan nama sendiri dengan nama Bakwan “Bromo” Bakar. Karena di Surabaya sendiri orang lebih familier dengan sebutan bakwan daripada bakso. Apalah arti sebuah nama. Namun karena sudah penasaran ya tetap saya coba saja.
BakwanBromo Bakar, salah satu stand Festival Jajanan Bango 2007 di Surabaya yang banyak diantre pengunjung. (ABDUR ROHMAN)
Begitu sampai di tempat, saya langsung memesan satu porsi. Dan dengan segera seorang pria mengambilkan beberapa tusuk ‘pentol’ yang masing-masing tusuknya berisi tiga buah bulatan bakso. Sebenarnya ada juga yang berisi siome, tapi saya lebih ingin mencoba bakso bakarnya. Dengan cekatan, pria itu menaruh tusukan bakso itu di atas pemanggang sate dan dikipas menggunakan kipas angin.
Seperti halnya memanggang sate atau ikan bakar, saat proses pematangan bakso bakar juga dioleskan bumbu yang berbahan dasar kecap. Setelah matang, bakso berubah menjadi kecokelatan dengan aroma daging panggang yang begitu menggiurkan. Sehingga usai dibakar langsung saja saya sambar untuk mencicipinya.
Biasanya, satu porsi bakso lengkap dengan kuah dan isi lainnya dibandrol Rp. 6.000 – 8.000. Tapi untuk yang khusus saya cicipi di arena FJB 2007 Surabaya, saya ditarik enam ribu perak hanya untuk setusuk bakso bakar. Nggak rugi dech mencoba keunikan khas makanan asal Malang tersebut. (arohman)
Mas Rohman ..di Surabaya alamatnya bakso bakar di mana ya ? Aduh aku lupa, kyknya di Mulyosari ..tau alamat lengkapnya ngga mas ?
mas alamtnya dimana???serius pengen coba neh..
mas alamatnya dimn??pngen cb neh..
mas warung ne ndi??pngen nyoba ki..