MODERNISASI dan era global yang merambah segala aspek di negeri ini, harus diakui telah ‘memunahkan’ beberapa kekayaan budaya khas nusantara. Salah satu yang turut tergerus kemajuan zaman tersebut adalah aneka permainan rakyat, yang juga merupakan bagian dari foklor nusantara.
Dewasa ini, di ujung-ujung gang atau pun di halaman sekolah dasar telah jarang ditemukan aktivitas permainan engkle, patelele, kopralanan, boian, gobaksodor, dakon, dan lain sebagainya. Beberapa jenis permainan tradisional tersebut keberadaannya kini telah tergantikan oleh permainan modern yang mengutamakan kemahiran otak belaka dan minim aktivitas fisik. Ironisnya lagi, anak-anak masa kini tak lagi kenal permainan-permainan itu karena telah tergantikan oleh game computer dan sejenisnya. Mereka lebih tahan duduk berjam-jam di depan layar monitor maupun televisi daripada bermain ‘kejar-kejaran’ dengan teman sekampung yang efek sosialnya sangat bermanfaat bagi perkembangan otak dan tubuh.
Mungkin, sebagian di antara kita yang pernah mengalami masa-masa kecil sebelum TVRI punya saingan, permainan paling populer adalah yang disebutkan di atas. Setiap hari hiburan yang paling menyenangkan ya permainan-permainan yang melibatkan teman sepermainan itu, salah satunya seperti engkle.
Permainan engkle adalah permainan anak-anak yang dilakukan dengan menggunakan media gambar khusus pada area tanah disertai lempengan kereweng. Kereweng merupakan pecahan genting tanah yang dibentuk membulat berdiameter sekitar 5 cm. Engkle biasanya dimainkan oleh anak perempuan, namun kadang juga ada anak laki-laki yang turut. Adapun gambar yang dibentuk di atas tanah biasanya dengan berbentuk persegi empat (yang dinamakan rumah) dengan formasi 6 bagian. Atau ada juga yang menggunakan formasi 8 ditambah gunungan (gambar setengah lingkaran) di bagian ujung.
Dinamakan engkle, karena permainan ini setiap pemain tidak harus melakukan engkle atau berjingkat (hopscotch) dengan satu kaki untuk melewati setiap bagian rumah. Pemain hanya boleh menurunkan kedua kakinya pada rumah yang dimilikinya, atau pada area bergambar gunung. Permainan dimulai dengan salah satu pemain melemparkan abak berupa kereweng ke areal rumah yang disepakati. Kemudian pemain harus engkle untuk mendorong abak menggunakan ujung jari ke setiap tahapan kotak rumah, dan seterusnya.
Engkle bukan merupakan nama tunggal untuk jenis permainan rakyat yang satu ini. Karena di beberapa daerah engkle memiliki nama lain, seperti di Bungah Gresik dikenal sebagai Deblekan, di Tembelang Jombang dinamakan Sonda, di Probolinggo disebut Bendan, dan mungkin masih ada nama-nama lainnya di tempat lain.
Ingin tahu lebih lanjut tentang bagaimana teknik permainan engkle seutuhnya, dan permainan-permainan rakyat lainnya. Ikuti terus ulasannya di www.arrohman.blogspot.com. (abdur rohman)