Tengah hari yang redup, di jalanan yang masih menyisakan beberapa petak sawah di sekitaran Jambangan, aku mampir ke Pujasera Kebonagung di Jl. Jambangan Kebonagung Surabaya. Sambil memandangi para petani menanam bawang di gundukan-gundukan tanah sawah yang sudah dikeringkan, aku memasan seporsi lontong kupang. Mengapa lontong kupang? Karena kepingin. Titik.

Penjualnya bernama Mbah Yo. Tak tahu persis berapa usainya, tapi yang jelas sudah pantas dipanggil “embah”. Lah memang sudah tua. Hehehe…

Ketika aku pesan, Mbah Yo langsung menyambut, “Silakan duduk dulu…” kalimat itu bisa jadi merupakan permohonan untuk bersabar, karena memang dia sedang melayani beberapa pelanggannya yang sibuk totalan usai menyantap lontong kupang pesanannya. Baru setelah beres dan pengunjung-pengunjung itu meninggalkan tempat duduknya, giliran perhatian Mbah Yo dicurahkannya padaku.

“Pedas apa sedang?” aku langsung menyahut, “Sedang!”

Lalu dengan tangan tuanya dan agak lambat, Mbah Yo pun perlahan menyiapkan pesananku. Mulai dari mengiris lontong sampai meracik bumbu dan menyiramkan kuah hingga menambahkan perasan jeruk nipisnya. Aku melihatnya sudah kemecer. Pingin ngiler rasanya… serasa kecutnya jeruk nipis itu sudah berpadu dalam liukan lidahku. Bahkan aku sudah terbayang manisnya kupang yang sudah teraduk jadi jadi satu dengan bumbu dan kuahnya yang sedikit agak pedas itu. Oh, lontong kupang…

Setelah menahan diri penuh kesabaran, akhirnya aku pun mendapat sepiring lontong kupang. Aku perhatikan kupangnya tidak begitu banyak, namun aroma bumbunya yang masih mengepul tetap menjanjikan kenikmatan tersendiri. Sluruupp… benar, pedas, kecut (masam), dan manis menyatu jadi rasa yang membuat lidah para pecinta kupang lontong ketagihan dibuatnya.

Seporsi lontong kupang kupang disajikan panas-panas sangat enak untuk dinikmati. Apalagi lentho gorengnya dibiarkan utuh membulat bak gulungan benang. Tidak diremas seperti penyajian di penjual lontong kupang lainnya.

Lenthonya sangat nikmat. Manis dan lumer tatkala sudah terendam dalam kuah yang berasa pedas masam. Rasanya jadi cukup rame seperti iklan sebuah permen.




Tak lupa juga sate kerangnya. Dengan hanya mengandalkan bumbu berupa kecap manis dan cabe, sate kerang Mbak Yo begitu kenyil dan enak. Tak percaya…? Coba saja mampir dan mencobanya. Dan, sebagai penutupnya saya pesan es degan. Mengapa es degan, karena ada yang mengatakan kupang itu kadang menyebabkan ‘mendhem’ alias keracunan bagi yang tidak tawar atau alergi. Jadi, setelah manyantap lontong kupang lalu minum degan atau kelapa muda kemungkinan besar racunnya bisa dinetralisisasi dan tak mengganggu kenikmatan berkuliner ria.

So, selamat ber-KLB (Kuliner Luar Biasa!). (arohman)